"Kau tidak boleh begitu, bagaimanapun juga dia itu kakakmu."
"Dia anak mommy, tapi dia bukan kakakku. Jangan paksa aku untuk menerimanya!" sanggah Cody keras.
Make up artist yang masih memulas blush on di pipi nyonya Camilla hanya menggelengkan kepala dengan sikap Cody.
"Nyonya, sudah selesai. Saya akan minta venue coordinator untuk mempersiapkan kedatangan nyonya."
"Baik, terima kasih, ya."
Tuan Amroe terlihat menyambut tamu-tamu yang sudah masuk ke ballroom. Tuxedo hasil jahitan tangan designer berbakat yang sangat pas di tubuhnya. Warnanya senada dengan yang gaun yang dipakai istrinya, membuat laki-laki mapan dan tampan itu terlihat lebih gagah dan bersahaja. Seorang petugas EO mendekati Tuan Amroe, "Acaranya bisa kita mulai sekarang, pak. Ibu sudah selesai dirias."
Setelah hampir 2 jam wajahnya dibuat agar semakin cantik, akhirnya nyonya Camilla turun ke ballroom diiringi dentingan piano yang menciptakan suasana seketika hening dan syahdu.
Cody menggamit tangan ibunya dan menuruni anak tangga satu per satu dengan anggun. Sementara Tuan Amroe sudah menunggu di anak tangga terakhir sesuai arahan pihak EO.
Semua mata tak berkedip memandang kecantikan nyonya Amroe. Rambut panjangnya yang disemir golden dibiarkan terurai dengan hiasan jepit bertabur mutiara laut selatan. Entah seberapa mahal gaun dan sepatunya kali ini, yang pasti banyak sosialita yang memandang iri padanya.
"Dad, dimana Kanina?" nyonya Camilla masih sempat menanyakan keberadaan anak pertamanya.
"Sejak tadi aku tak melihatnya. Mungkin di toilet."