Mohon tunggu...
Ajeng DyahKusumasari
Ajeng DyahKusumasari Mohon Tunggu... Freelancer - Stay at home mom

mencintai buku, membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Writing For Healing "Love Letter For Myself" (Catatan Pengalaman)

2 Juni 2022   13:10 Diperbarui: 2 Juni 2022   13:18 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman mengikuti Writing For Healing "Love Letter For MySelf"

                         "Berupayalah dengan sempurna, keajaiban Allah yang menjadikannya paripurna" (Sinta Yudisia).

Pada tanggal 14 November 2021 alhamdulillah saya berkesempatan mengikuti writing for

healing dengan tema Love Letter For Myself. Bagi saya ini adalah pengalaman yang pertama kali. Alasan

saya mengikutinya karena ingin rehat sejenak menterapi diri melalui tulisan, ditambah acaranya gratis

pula. Saya pun juga sangat tertarik dengan temanya yang mengajak untuk lebih mencintai diri sendiri

sehingga menimbulkan selfcare.

Acara dimulai dengan meminta peserta untuk menyebutkan perasaan yang sedang dialami dan harapan apa

yang ingin didapat dengan mengikuti kegiatan ini. Tak mau ketinggalan saya pun mengatakan bahwa perasaan hari ini begitu  sangat excited dan sangat tak sabar untuk menunggu acara hari ini. Harapan saat itu hanya ingin bisa membuat

surat cinta untuk diriku sendiri. 

Sebelum masuk ke materi, mc mengajak kami untuk bermain tebak-tebakan gambar yang

memaksa kami memeras otak dan pikiran. Maklum otaknya jarang dipake untuk berpikir yang terlalu

berat. Heee..Selesai ice breaking barulah mc menyerahkan acara ke moderator yang langsung

menyambutnya dengan membacakan cv pembicara. Pembicara kali ini adalah Bunda Sinta Yudisia yang

karya-karya tulisnya sudah tidak diragukan lagi. Tak hanya seorang penulis, beliau juga merupakan

psikolog yang berjibaku dengan remaja, family dan parenting terutama isu-isu pop culture.

Pembawaanya begitu lembut, santun dan sangat Islami. Namun, beliau teryata penikmat drama-drama

Korea sehingga sangat fasih menyebutkan nama actor Korea.

Materi dibuka dengan memaparkan 4 tujuan menulis. Pertama, untuk menebarkan kebaikan di

segala penjuru kehidupan. Kedua, untuk mendapatkan penghasilan alias menjadikan menulis sebagai

profesi. Ketiga, menjadi penulis untuk meningkatkan eksistensi diri, menjadi terkenal dengan status/

quote yang dibuat. Keempat, menulis dengan tujuan sebagai terapi jiwa.

Setelah memaparkan keempat tujuan menulis, Bunda Sinta memberikan pertanyaan kepada

seluruh peserta. Bisakah kita menulis untuk mendapatkan keempat hal di atas? Seorang peserta

menjawab bisa tapi peserta lain lalu menimpali bahwa tidak bisa. Bunda Sinta menyampaikan bahwa

tidak ada jawaban benar atau salah. Ada beberapa buku yang berangkat dari kisah terapi jiwa sang

penulis tapi biasanya itu dipublikasikan setelah penulis merasa sembuh terhadap terapi jiwanya. Hal ini

terjadi karena ketika kita menulis untuk terapi maka kita butuh ketenangan. Tak hanya itu menulis untuk

terapi juga akan mengekspos diri kita sampai jauh terdalam hal-hal yang kelam maupun abu-abu dari

kita. Jadi, sebaiknya jangan buru-buru untuk posting atau di publikasikan. Misalnya kita sedang marah

lalu menulis segala macam kejelekan orang yang menyebabkan kita marah. Tentu saja, hal tersebut

tidaklah bijak. Sebaiknya kita tuliskan saja apa yang menjadi kegundahan kita tanpa perlu posting atau

publikasi, baru kemudian setelah jiwa kita tenang dan dapat mengambil hikmahnya kita bisa

publikasikan. Harapannya orang yang membaca tulisan kita mampu mendapatkan pelajaran

berdasarkan kesedihan, kegundahan pengalaman kita.

Masuk ke materi inti dari Bunda Sinta ialah saat peserta diajak untuk menulis surat cinta untuk

diri. Di sini beliau memberi tips untuk memulainya dengan menuliskan 'arti nama' masing-masing orang.

Lalu bisa dilanjutkan dengan menuliskan kondisi diri 2 pekan terakhir lanjut ke kondisi 3 bulan terakhir.

Barulah diakhiri dengan harapan -- harapan terhadap diri kita.

Di akhir materi beliau memberikan sedikit tips tentang menulis terapi yang baik. Pertama,

membaca bismillah. Kedua, mengiringinya dengan kesabaran. Ketiga, baca tulisan kita berulang.

Keempat, pahami emosi. Kelima, simpan baik-baik ya tulisannya ingat karena kita sedang terapi takutnya

disalahpahami oleh orang yang membacanya. Dan ada tips tambahan jika ingin mempublikasikan tulisan

terapi yang telah kita buat, sebaiknya diamkan sejenak. Berikanlah waktu terhadap diri dan kita buka

lagi di saat kondisi dan situasi yang berbeda.

Setelah mengikuti kegiatan ini saya jadi ingin merutinkan menulis diary setiap hari. Ya walaupun

isinya hanya sekedar menyapa "Hai diri, apa kabar hari ini?". Selain itu, perasaan juga semakin plong.

Apalagi buat personal yang tidak suka konflik, cenderung lebih suka memendam perasaan maka writing for healing ini

sangat membantu kita untuk mengekspresikan segala perasaan yang sedang kita alami. Karena seperti

halnya makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, perlu juga dikeluarkan pada saatnya.

Begitupun dengan perasaan kita juga membutuhkan tempat untuk mengeluarkan segala perasaan yang

kita alami agar tidak menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.Bagi orang dengan tipe ekstrovert atau meledak-ledak, writing for healing ini juga membantu kita untuk mengkontrol diri sehingga dapat mengekspresikan perasaan secara tepat.

So, semoga tulisan ini memberikan gambaran untuk teman-teman yang ingin mengikuti writing for

healing. Juga untuk teman-teman yang ingin menulis untuk terapi diri, jangan ragu tuliskan saja mulai

sekarang. Dan rasakan jiwamu yang plong diiringi dengan semangat dan harapan baru. Semangat!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun