Dalam metode pembelajaran yang mengacu pada teori behavioristik terdapat beberapa keunggulan, antara lain:
1.Mengajarkan guru untuk menjadi peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
2.Membentuk kemandirian belajar siswa dengan mengurangi ceramah guru, dan meminta bantuan guru hanya ketika diperlukan.
3.Mampu membentuk perilaku yang diinginkan dengan penguatan positif dan perilaku yang tidak diinginkan dengan hukuman negatif, berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku yang diperkuat cenderung muncul kembali.
4.Melalui pengulangan dan latihan yang berkelanjutan, bakat dan kecerdasan siswa dapat dioptimalkan, dengan memberikan penguatan terus-menerus pada keterampilan yang sudah dimiliki siswa.
5.Bahan pelajaran disusun secara hirarkis dari yang sederhana hingga kompleks, memecah tujuan pembelajaran menjadi bagian-bagian kecil untuk mencapai keterampilan tertentu.
6.Stimulus dapat diganti dengan stimulus lainnya hingga respons yang diinginkan terjadi.
7.Cocok untuk mengembangkan kemampuan yang memerlukan latihan dan pembiasaan, seperti kecepatan, spontanitas, fleksibilitas, refleksi, dan daya tahan.
8.Teori ini sesuai untuk mengajar anak-anak yang masih membutuhkan bimbingan orang dewasa, memiliki kecenderungan mengulangi dan perlu kebiasaan, suka meniru, dan merespon positif terhadap penghargaan langsung seperti pujian atau hadiah permen.
Namun, terdapat juga beberapa kekurangan dari teori behaviorisme:
1.Memandang belajar sebagai pengalaman langsung, padahal belajar juga merupakan proses internal yang tidak selalu terlihat secara jelas.
2.Memperlakukan proses belajar manusia secara otomatis dan mekanis, mengabaikan kemampuan kontrol diri yang bersifat kognitif.
3.Analogi proses belajar manusia dengan hewan sulit diterima karena perbedaan yang signifikan antara keduanya.
4.Penyusunan materi ajar dilakukan sebelumnya.
5.Tidak semua materi pelajaran cocok dengan teori behavioristik.
6.Dalam proses pembelajaran, siswa hanya berperan sebagai pendengar dan penghafal dari apa yang mereka lihat dan dengar, yang dianggap sebagai metode pembelajaran yang paling efektif.
7.Pemberian hukuman bertujuan untuk menciptakan keteraturan dan kenyamanan di kelas.
8.Karena peran guru lebih aktif sedangkan siswa bersifat pasif, penguatan dari luar diperlukan, sehingga peran guru menjadi sangat dominan dalam memberikan penguatan.
9.Karena siswa bersifat pasif dan tidak dapat mengembangkan imajinasi, mereka tidak dapat menyelesaikan masalah tanpa bantuan guru.
10.Teori belajar ini membatasi siswa untuk berpikir dalam satu arah saja, kurang kreatif, kontraproduktif, dan menghasilkan siswa yang pasif.
11.Pembelajaran cenderung berpusat pada guru, bersifat spontan, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
12.Dampak dari penerapan teori ini membuat siswa merasa tidak senang dan tidak nyaman karena fokus pada guru, keputusan guru bersifat mutlak, komunikasi satu arah, pelatihan yang diberikan oleh guru, dan guru menentukan seluruh kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa.
E. Penerapan Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Teori behavioristik merupakan teori yang menitikberatkan pada hubungan antara stimulus yang diberikan dengan respon yang dihasilkan, yaitu terbentuknya perilaku individu yang terjadi sebagai hasil belajar. Respons dan perilaku dapat terbentuk dalam kondisi tertentu dan tentunya melalui pembiasaan. Guru dapat memberikan stimulus-stimulus yang dapat merangsang respon siswa pada saat pembelajaran sehingga siswa memberikan respon yang tepat. Selanjutnya, ketika hadiah diberikan  dengan tujuan penguatan (memperkuat respons yang diungkapkan), maka semangat belajar meningkat.
Â
Teori behavioristik mempunyai beberapa istilah penting, antara lain stimulus-respon, individu atau pembelajar yang pasif, perilaku sebagai hasil belajar yang sebenarnya, dan pembentukan perilaku melalui kondisi yang terstruktur secara ketat serta penguatan atau hukuman.Hingga saat ini, banyak masyarakat di Indonesia yang masih mendasarkan praktik pembelajarannya pada teori behavioristik.
 Pernyataan tersebut dibuktikan dengan praktik pembelajaran  mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi masih menggunakan metode pembiasaan yang melibatkan penguatan dan hukuman. Karena  teori ini masih banyak digunakan di negara kita, maka sebaiknya untuk mengetahui prinsip-prinsip umum di antaranya adalah sebagai berikut:
1.Teori ini berasumsi bahwa belajar telah terjadi apabila adanya perubahan perilaku. Sehingga individu dapat dikatakan telah bela- jar jika ia menunjukkan adanya suatu perubahan perilaku.
2.Teori ini menjelaskan bahwa inti dari belajar adalah adanya stimu- lus dan respons, karena pada teori behavioristik hanya hal tersebut yang bisa diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antara keduanya dianggap tidak penting sebab tidak bisa diamati.
3.Reinforcement yaitu suatu hal yang dapat menguatkan munculnya respons, faktor tersebut penting dalam pembelajaran. Respons akan semakin kuat jika reinforcement (baik positif maupun negatif) diberikan pada pembelajaran.
Munculnya hubungan antara stimulus-respons merupakan inti dari proses belajar pada teori behavioristik. Hal ini sangat erat hubungannya dengan perilaku yang ditunjukkan siswa, oleh karena itu penting untuk diperhatikan beberapa hal dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru. Adapun hal-hal tersebut ialah:
1.Sebaiknya guru mengetahui jenis stimulus yang diberikan kepada siswa apakah stimulus tersebut tepat.
2.Guru diharapkan paham mengenai respons apa yang akan ditun- jukkan pada diri siswa.
3.Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui respon yang ditunjukkan kepada siswa adalah sebagai berikut:
a.Menetapkan bahwa respons dapat diamati (observable).
b.Respons yang ditunjukkan siswa juga dapat diukur (measura- ble).
c.Respons yang muncul pada diri siswa sebisa mungkin dapat dinyatakan secara eksplisit atau bermakna jelas.
d.Agar respons yang muncul pada diri siswa tetap terjadi atau tidak mudah lupa maka peran hadiah (reward) di sini sangat dibutuhkan.
Implementasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran bergantung pada beberapa aspek, seperti sasaran pembelajaran, bahan ajar, karakteristik individu siswa, media pembelajaran, dan ketersediaan sarana pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mengadopsi teori behavioristik meyakini bahwa pengetahuan bersifat obyektif, tetap, dan tidak berubah. Pengetahuan dianggap telah tersusun dengan baik, sehingga pembelajaran menjadi proses untuk memperolehnya, sedangkan pengajaran adalah upaya untuk mentransfer pengetahuan kepada siswa. Harapannya, siswa akan memahami pengetahuan yang diajarkan oleh guru sehingga memiliki pemahaman yang serupa. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mempersiapkan dua hal berikut agar tujuan pembelajaran tercapai dan siswa dapat mengubah perilaku sebagaimana yang telah dirumuskan oleh guru, di antaranya adalah: