Mohon tunggu...
Aisyah Shafiyyah Arsy
Aisyah Shafiyyah Arsy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa-Universitas Airlangga

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aku Ingin Mencintai Melalui Sajak-Sajak Sapardi Djoko Damono

20 Desember 2023   10:02 Diperbarui: 20 Desember 2023   10:05 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi 

rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku

 

aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu

1989

 

Dari penggalan puisi di atas penyair seolah menjelaskan bahwa dalam doa selepas sholatnya Ia memohon kesabaran kepada Tuhan (Allah) dari setiap rahasia takdir yang telah digariskan untuknya. Dalam hal ini saya sebagai pembaca berpendapat bahwa pada puisi yang berjudul "Dalam Doaku" mengangkat tema mengenai ketuhanan. Selain tema ketuhanan, Sapardi rupanya juga mengangkat tema lainnya. Tema tersebut yaitu tema romansa seperti yang terlihat pada kutipan puisi berikut:

aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

Penggalan puisi di atas seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa puisi "Aku Ingin" adalah salah satu dari sekian banyak puisi dalam buku antologi puisi Hujan Bulan Juni yang mengangkat tema romansa atau percintaan. Hal tersebut dapat dilihat dari pemilihan diksi 'aku ingin mencintai..'

Beralih pada unsur amanat pada buku antologi puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi. Buku ini terdapat banyak kumpulan puisi sehingga untuk amanat dari buku ini juga beragam, sebagai contoh kita ulas puisi yang berjudul "Pada Suatu Hari Nanti". Puisi tersebut seakan mengingatkan kita sebagai insan manusia yang kelak pasti akan merasakan kematian, awal menuju kehidupan yang kekal dan abadi. Meninggalkan orang-orang yang terkasih selama di dunia dan sibuk dengan amalan serta pertanggung jawaban selama di dunia. Jasad manusia yang lambat laun juga akan menyatu dan menjadi bongkahan tanah. Jasad penyair memang sudah tidak hadir lagi di dunia, namun penyair mengungkapkan bahwa kita dapat mengenangnya melalui sebuah tulisan karya sastra puisi miliknya. Hal ini mengajarkan kita bahwa eksistensi kita jangan hanya dikenal ketika kita masih hidup saja, melainkan berkaryalah dan perbanyaklah berbuat kebaikan agar kelak ketika kita telah wafat maka keberadaan kita masih dapat dikenang oleh orang-orang di sekitar kita.

Struktur tubuh atau lahir dalam karya sastra puisi terbagi menjadi beberapa unsur, unsur pertama yang akan kita ulas adalah mengenai persajakan. Persajakan salah satunya memuat rima, jika dilihat dari antologi puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi tidak semua puisinya memiliki rima. Hanya beberapa puisi saja yang memiliki rima. Seperti yang terdapat pada puisi yang berjudul "Pada Suatu Hari Nanti" memiliki rima yang berpola a-a-a-a, namun pada puisi lainnya terdapat pula rima yang berbeda seperti yang ada pada puisi berjudul "Sajak-Sajak Empat Seuntai". Pada puisi tersebut terdapat enam bait, yang mana setiap baitnya terdiri dari empat baris. Pada bait pertama memiliki rima yang berpola a-a-b-b, pada bait kedua memiliki rima yang berpola a-a-a-a, pada bait ketiga dan keempat memiliki rima yang berpola a-a-b-b, pada bait kelima dan keenam memiliki rima yang berpola a-b-a-b. Hal tersebut memberikan wawasan baru bahwa ternyata pola rima tidak hanya terdapat satu saja, namun terdapat pula pola rima lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun