***
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Dan bersiap untuk ditinggal selama tiga hari. Sedih rasanya tiga hari oleh orangtua. Meskipun aku sudah biasa ditinggal oleh kedua orangtuaku. Tapi kali ini rasanya berat. Mungkin, ini efek dari perasaanku yang sedang labil. Aku harap, orangtuaku cepat pulang dengan selamat.
Orangtuaku siap untuk berangkat, aku pun bersiap untuk pergi ke sekolah. Kami turun bersama ke Lobby. Aku berpelukan dengan kedua orangtuaku. Setelah berpelukan, orangtuaku langsung berangkat. Aku melambaikan tanganku pada mereka.
Setelah orangtuaku pergi, tak lama handphoneku bergetar. Daniel mengirimkan pesan padaku. Dia mengatakan, dia tidak bisa menjemputku karena harus mengantarkan orangtuanya ke airport. Berarti aku harus pergi sendiri ke sekolah. Untung saja saat itu masih jam 6 pagi waktu setempat. Jadi, aku masih punya 1 jam untuk pergi ke sekolah.
Aku mulai berjalan ke perempatan mencari taksi. Saat aku sampai di perempatan, di situ ada seseorang yang tak asing bagiku. Setelah aku perhatikan, ternyata dia David. Aku berpura-pura tidak melihatnya. Karena aku tau jika aku melihatnya, bisa-bisa aku ditawari pergi bersama. Tapi, itu sebenarnya bukan masalah. Hanya saja, aku takut Daniel tahu, kalau Daniel tahu bisa kena marah aku. Cuman, yang aku tak habis pikir. Kenapa David bisa ada disini? memang rumahnya dimana? apa di dekat sini?. Saat pertanyaan itu muncul, aku kembali melamun. Ternyata David melihatku, dan dia membangunkaku dari lamunan.
” Joe? apa kau melamun?”
” Apa? ha? melamun?”
” Sudah kuduga. Kau melamun, Joe.”
” Benarkah? ahahaha maaf”
” kenapa harus minta maaf? santai saja. Kau pergi sendiri?”
” Ah, iya. kenapa kau disini? Rumahmu di dekat sini?”