Mohon tunggu...
Aisyah Shabrina
Aisyah Shabrina Mohon Tunggu... -

14 tahun, senang menulis :D\r\ntwitter : @aisyahshabrina\r\nFacebook : Aisyah Shabrina\r\nY!m : Aisyahbrina

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Love in New York City Part 3

28 November 2011   11:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:05 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

” Cukup ! aku tidak mau mendengar kalian berkelahi. Hanya gara-gara aku ! aku disini hanya untuk belajar. Bukan untuk bertengkar. Dan kau Daniel ! pulang sekolah aku harus bicara padamu !”

Aku tidak kuat melihat semua itu. Aku berteriak. Keraguanku saat itu terjawab sudah. Dugaanku benar. Entah apa yang selanjutnya akan terjadi. Apa mungkin aku dan Daniel harus berakhir? Jika aku harus mengakhirinya, apakah ini berarti aku bukan yang terbaik untuknya?. Ini semua membuat aku sedih. Aku masih berdiri, aku menunduk. Air mata keluar dari mataku. Mengeluarkan kesedihan yang terpendam. David dan Daniel bertukar pandangan. Mereka berdua ingin menenangkanku. David memegang tanganku. Disusul oleh Daniel. Tapi aku sepertinya sudah tidak ingin disentuh oleh Daniel. Aku melepaskan genggamannya. Aku pergi bersama David. Duduk sebangku dengannya.

Daniel memberikan tatapan kosong. Seolah tak percaya aku memilih David. Orang yang baru saja aku kenal, dibandingkan dia. Daniel menghempaskan diri ke tempat duduknya. Lily yang melihat itu seolah mencari kesempatan. Dia mendekati Daniel. Tapi Daniel ingin sendiri. Dia mengusir Lily. Dia terus termenung.

Pelajaran pun dimulai. Aku sama sekali tidak ingin melihat Daniel. Jadi aku terus mencoba fokus pada pelajaran. David memperhatikanku. Dia tersenyum senang, karena aku sudah tidak terbawa perasaan. Namun, walaupun aku terlihat fokus pada pelajaran, sesungguhnya didalam hatiku aku berteriak. Hatiku sakit, tidak tertahankan. Wajahku menyamarkan perasaanku.

Aku melewati waktuku di sekolah bersama David. Sampai akhirnya bel pulang pun berbunyi. Menandakan sudah waktunya aku berbicara pada Daniel. Aku mempersiapkan mentalku, bersiap menerima segala keputusan yang harus aku terima. Menerima segala pembicaraan yang mungkin akan menyakitiku. Aku memang marah, tapi mesipun aku marah, aku tetap sayang padanya. Jadi, jika aku harus berakhir dengan Daniel, aku harus menerimanya. Berpikirlah, mungkin aku bukan yang terbaik untuknya. Tapi, bagaimanapun keputusannya nanti. Walaupun aku tahu itu sakit, aku harus tetap tegar dan menerimanya.

Jadi, apa yang akan aku katakan nanti? yang jelas aku akan menanyakan pertanyaan yang sama saat aku memikirkannya.

BERSAMBUNG

Np : Jika ada kesamaan tokoh, harap di maklumi terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun