ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi siswa dan guru. Pada proses pembelajaran di sekolah dasar, guru dan siswa tentunya ingin memperoleh hasil belajar yang sebaik-sebaiknya. Masalah pembelajaran ialah berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, mempersulit, menghambat, atau bahkan mengakibatkan kegagalan untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Penelitian ini juga bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah dasar. Guru dan siswa berusaha mencapai hasil belajar yang maksimal, namun sering kali menghadapi berbagai kendala. Kendala ini dapat berupa hambatan yang mengganggu kelancaran pembelajaran, menyulitkan pencapaian tujuan, atau bahkan menyebabkan kegagalan dalam proses belajar mengajar.
ABSTRACK
The purpose of this study is to identify various learning problems faced by students and teachers. In the learning process in elementary schools, teachers and students certainly want to get the best learning outcomes. Learning problems are various problems that can interfere, disappoint, hinder, or even result in failure to achieve learning goals. (This study also aims to understand the factors that influence the quality of learning in elementary schools. Teachers and students try to achieve maximum learning outcomes, but often face various obstacles. These obstacles can be obstacles that interfere with the smoothness of learning, make it difficult to achieve goals, or even cause failure in the teaching and learning process.
PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar serta proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya. Hal ini mencakup pengembangan kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Di tingkat sekolah dasar, tujuan pendidikan adalah membangun fondasi kemampuan, pengetahuan, karakter, moralitas, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri dan melanjutkan pendidikan. Pendidikan dasar juga bertujuan untuk membangun kemampuan untuk berinteraksi dan hidup dalam masyarakat. Selain itu, pendidikan dasar juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi dan menjalani kehidupan bermasyarakat.
Lembaga pendidikan juga berperan dalam membentuk karakter, nilai-nilai moral, dan keterampilan sosial individu. Pendidikan formal memberikan landasan akademik yang terarah, sedangkan pendidikan nonformal melengkapi dengan pembelajaran berbasis pengalaman yang mendukung perkembangan kepribadian dan kemampuan beradaptasi dalam berbagai situasi kehidupan.
Aisyah Putri Permatasari, Dea Mustika, S.Pd., M.Pd., Shofia Nuryana, Mirza Zita, Lili Kurniawati, Aulia Sabila.
Penyelenggaraan proses pembelajaran dalam pendidikan mempunyai banyak aspek dan unsur. yaitu guru sebagai guru, siswa sebagai siswa, dan metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa masalah yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan. Salah satu penyebab masalah dalam proses belajar mengajar biasanya adalah kurangnya komunikasi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, proses interaksi tidak akan berjalan.
Manusia mengalami proses yang disebut perkembangan, yang berlangsung secara terus-menerus sejak lahir hingga akhir hayat. Perkembangan dapat diartikan sebagai peningkatan kemampuan individu menuju arah yang lebih baik (Jannah, Yacob, & Julianto, 2017). Menurut Sabani (2019), perkembangan mencakup pertumbuhan dan perubahan individu dalam berbagai aspek, seperti fisik, kepribadian, bahasa, sosioemosional, dan kognitif. Namun, setiap individu memiliki cara unik untuk berkembang, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang berperan dalam perkembangan manusia adalah pendidikan di sekolah.
Setiap individu berhak menerima pendidikan sekolah. Siswa memperoleh pendidikan tersebut melalui proses pembelajaran yang terstruktur, teratur, dan berkesinambungan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terpadu diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam membentuk individu yang dapat menjadi panduan dalam mencapai tujuan pendidikan (Ramli, dkk 2020).
Menurut Aziz (2006: 29), kemalasan berbeda dengan kelambanan. Anak yang lamban biasanya masih memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu meskipun memerlukan waktu, sedangkan anak yang malas cenderung kurang memiliki keinginan untuk melakukannya. Kemalasan dalam belajar bisa terlihat melalui tindakan seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah, enggan belajar di sekolah, menunda-nunda tugas, atau bahkan tidak hadir di kelas sama sekali.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yang ditandai dengan perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan ini dapat terlihat pada berbagai aspek perilaku. Belajar dapat diartikan sebagai "proses di mana individu berusaha mencapai perubahan dalam perilaku sebagai akibat dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan" (Slameto, 2015, hlm. 2).
Tugas guru pendamping yakni membantu guru utama dalam mengawasi siswa yang banyak di kelas, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Guru pendamping berperan dalam memantau dan mengarahkan siswa yang kesulitan atau kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru utama. Dalam menjalankan tugasnya, guru pendamping menghadapi tantangan, seperti perbedaan kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran, adanya siswa yang malas belajar, serta siswa yang enggan mengerjakan dan mengumpulkan tugas.
METODE PENELITIAN
Untuk menganalisis permasalahan siswa sekolah dasar, penulis menggunakan metodologi penelitian observasional. Metode observasi merupakan teknik yang dilakukan peneliti dengan mengamati dan mencatat secara langsung perilaku, interaksi, atau kejadian dalam lingkungan yang diteliti tanpa mengubah atau mengganggu keadaan yang ada. Penelitian tentang analisis masalah belajar di kalangan siswa sekolah dasar melibatkan metode observasi yang melibatkan pengamatan langsung terhadap aktivitas belajar anak di kelas dan lingkungan belajar lainnya. Peneliti akan mencatat interaksi antara guru dan siswa, tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran, pola perilaku kesulitan belajar, dan faktor lingkungan lainnya yang memengaruhi proses pembelajaran.
Dengan judul “Permasalahan Yang Terjadi Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar,” Penelitian ini berfokus pada penggunaan observasi langsung untuk menemukan dan menganalisis masalah belajar yang mungkin dihadapi oleh siswa sekolah dasar.
PEMBAHASAN
Hasil analisis dapat mengungkapkan permasalahan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan individu. Anak-anak di tingkat ini menghadapi tantangan dalam proses belajar, seperti rendahnya minat belajar dan kesulitan dalam memahami materi. Masalah pembelajaran di sekolah dasar berasal dari faktor internal dan eksternal yang saling mempengaruhi. Untuk mengatasinya, diperlukan perhatian terhadap kompetensi guru, motivasi siswa, fasilitas belajar, serta dukungan dari keluarga dan masyarakat. Semua ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pembelajaran berlangsung efektif dan hasil belajar siswa dapat maksimal.
Guru menerapkan dua metode pembelajaran, yaitu Teacher centered learning (TCL) dan Student centered learning (SCL). TCL lebih fokus pada peran pendidik, sementara SCL menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam kelas. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dengan kebutuhan siswa bisa menjadi penghalang dalam proses belajar. Pendidik yang kurang kreatif mungkin akan kesulitan dalam mengelola siswa. Model pembelajaran TCL cenderung memperlakukan semua siswa secara sama, tanpa mempertimbangkan perbedaan potensi mereka, yang menjadikannya sistem pembelajaran satu arah. Model ini sering kali membuat siswa menjadi pasif, karena hanya mendengarkan selama pembelajaran, yang dapat mengurangi kreativitas mereka. Selain itu, sistem TCL mengarah pada pengembangan bahan ajar yang kurang variatif dan monoton, terutama ketika siswa menunjukkan sikap pasif.
Pendidikan di era modern menuntut adanya inovasi dan perubahan. Proses pembelajaran di sekolah sangat bervariasi tergantung pada materi yang diajarkan, dan SCL adalah model pembelajaran berfokus pada siswa. Guru harus melaksanakan peranannya, bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator, fasilitator, dan inovator. Guru tidak hanya bertugas menerangkan di depan kelas, tetapi juga membantu siswa mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Siswa harus didorong untuk aktif dalam mengerjakan tugas dan berdiskusi dengan guru sebagai fasilitator pendidikan. Aktivitas siswa akan memupuk kreativitas mereka, yang pada gilirannya mendorong guru untuk terus menumbuhkan dan menyinkronkan materi pembelajaran dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam model SCL, siswa didorong untuk memiliki motivasi internal dalam mencapai kompetensi yang diinginkan.
A. Jenis Permasalahan dalam Pembelajaran
1. Permasalahan Guru yaitu Guru tidak berkompeten. Kurangnya kreativitas dalam mengajar, menyebabkan siswa menjadi bosan.
2. Permasalahan Siswa untuk Kelas Rendah: Siswa sulit fokus, merasa bosan, dan kesulitan memahami Pelajaran dan untuk kelas tinggi: Malas belajar, kebiasaan menyontek, kurang motivasi, dan kesulitan memahami pelajaran.
B. Faktor-Faktor Permasalahan
1. Faktor internal mencakup aspek psikologis, seperti intelegensi dan bakat, yang dapat berpengaruh besar terhadap potensi siswa dalam bidang pembelajaran tertentu. Beberapa jenis pembelajaran, seperti seni lukis, musik, dan olahraga, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor individu seperti potensi, motivasi, sikap siswa, dan intelegensi (IQ). Kategori intelegensi anak dapat dibagi sebagai berikut: kecerdasan tinggi dengan IQ antara 110-130, kecerdasan rata-rata dengan IQ antara 90-110, kecerdasan rendah dengan IQ antara 70-90, dan kecerdasan sangat rendah dengan IQ kurang dari 70. Selain itu, faktor fisiologis juga berperan penting, yaitu kondisi fisik yang sehat dan fungsi panca indera yang baik. Secara umum, proses belajar dipengaruhi oleh kondisi fisik. Anak yang dalam kondisi sehat memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang lelah. Kekurangan nutrisi juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar, menyebabkan anak sering merasa lelah, lesu, dan kesulitan dalam menerima pelajaran.
2. Faktor eksternal mencakup kompetensi guru, pengelolaan kelas, dan metode pengajaran yang diterapkan. Prasarana dan sarana yang cukup juga sangat membantu. Perubahan kurikulum yang tidak sesuai dapat menjadi hambatan dalam pembelajaran. Selain itu, lingkungan sosial, seperti pengaruh dari sekolah, keluarga, dan masyarakat, turut memengaruhi motivasi belajar siswa.
A. Faktor-Faktor Keterlambatan Membaca
- Intelektual yaitu tingkat kecerdasan yang rendah dibanding teman-teman sebaya. Rendahnya minat baca baik di rumah maupun di sekolah.
- Lingkungan yaitu Latar belakang pendidikan orang tua yang rendah, kesibukan ekonomi keluarga yang mengurangi perhatian terhadap pendidikan anak, orang tua cenderung menyerahkan tanggung jawab pendidikan sepenuhnya kepada sekolah.
- Motivasi yaitu kurangnya dorongan dari orang tua untuk membaca,minimnya bahan bacaan yang menarik dan sesuai usia siswa.
B. Solusi yang dapat dilakukan :
- Metode Pembelajaran Variatif: Guru perlu menerapkan metode pembelajaran interaktif, seperti multimedia, untuk menarik minat siswa.
- Pendampingan Intensif: Memberikan perhatian khusus kepada siswa yang mengalami keterlambatan membaca.
- Kolaborasi dengan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran di rumah, misalnya dengan membaca bersama anak.
- Penyediaan Bahan Bacaan Menarik: Menyediakan buku cerita, artikel pendek, dan bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan minat siswa.
- Kegiatan Membaca Bersama: Mengadakan klub membaca atau kelompok belajar untuk meningkatkan motivasi siswa.
C. Penyelesaian masalah ini membutuhkan
- Pendekatan Konstruktivistik: Belajar yang relevan dengan pengalaman nyata siswa.
- Media Pembelajaran: Media seperti animasi, presentasi interaktif, dan gawai terbukti meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
- Peran Guru: Guru harus kreatif dalam menciptakan pembelajaran inovatif untuk memotivasi siswa.
Kurangnya semangat belajar pada siswa, Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Upaya solutif mencakup peningkatan kualitas metode pengajaran, dukungan orang tua, serta penanganan bullying di sekolah. Faktor penyebab rendahnya motivasi belajar, kurangnya motivasi diri siswa lebih nyaman bermain gawai atau berkumpul dari pada belajar.
- Metode pengajaran kurang menarik: Guru dianggap tidak menyenangkan, dan materi tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari.
- Kurangnya dukungan orang tua: Ada siswa yang merasa kurang diperhatikan dan tidak didorong untuk belajar.
- Pengaruh teman sebaya: Cemoohan dan perilaku bullying berdampak negatif pada semangat belajar.
Siswa yang Pendiam, kepribadian introvert siswa memerlukan perhatian khusus dari orang tua dan guru. Pendidikan keluarga serta pembiasaan yang baik sangat berperan dalam pembentukan karakter tanggung jawab siswa. Dukungan dari lingkungan sekolah dan keluarga diperlukan untuk menciptakan suasana yang kondusif agar siswa merasa nyaman dan percaya diri. Kesulitan Bersosialisasi Disebabkan oleh:
- kurangnya rasa percaya diri.
- Lingkungan keluarga berperan
- penting dalam membentuk karakter anak.
- Pendidikan keluarga menjadi dasar kemampuan anak untuk bersosialisasi di masyarakat.
Siswa dengan kepribadian introvert menunjukkan kurang percaya diri, kurang bersosialisasi, dan enggan bertanya. Dukungan keluarga sangat penting untuk membantu siswa introvert mengembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi siswa yang pendiam, di antaranya:
- Memberikan waktu berpikir kepada siswa. Dengan begitu, mereka mungkin akan lebih percaya diri untuk mempublikasikan ide-ide tersebut.
- Membantu siswa dalam kesulitan melaksanakan atau mengerjakan kegiatan.
- Mengajarkan tampil didepan kelas untuk terbiasa tampil di depan kelas.
- Menempatkan di samping teman sekelas yang ramah sehingga siswa pendiam berda di ssmping teman sekelas yang lebih ramah dan baik.
- Beri pujian kepada siswa
- Guru mendekatkan diri kepada siswa tersebut
Hal ini jelas memberikan dampak positif bagi siswa dalam mengatasi siswa pendiam dan pemalu yang takut bertanya serta meningkatkan motivasinya dalam belajar dan kehidupan sehari-hari. Menurut Wim Sanjaya, motivasi merupakan suatu proses belajar dan merupakan aspek dinamis yang memegang peranan sangat penting dalam proses belajar. Konselor perlu melakukan hal-hal penting untuk menenangkan siswa. Langkah pertama adalah mencari tahu penyebab siswa menjadi pendiam saat proses pembelajaran atau lingkungan permainan.
A. Kenapa anak susah untuk berkonsentrasi dalam belajar
- Perasaan cemas dan terkadang perasaan cemas ini menyebabkan anak menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas agar dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai keinginannya.
- Karena kamu masih beradaptasi dengan lingkungan, waktu yang diperlukan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru juga mungkin membuat kamu sulit berkonsentrasi saat belajar.
- Tidak memahami pelajaran Ketika anak tidak memahami pelajaran, sering kali mereka kesulitan berkonsentrasi untuk memahami pelajaran yang diberikan guru.
- Gangguan obsesif-kompulsif merupakan salah satu jenis gangguan kecemasan yang menyebabkan penderitanya memiliki pikiran yang tidak terkendali.
- Anak yang merasa stres atau trauma, kurang perhatian, atau mempunyai pengalaman negatif saat belajar juga dapat mengalami stres dan trauma.
- Ketidak mampuan Belajar: Jika anak Anda kesulitan berkonsentrasi saat membaca dan matanya berpindah-pindah, itu bisa menjadi tanda ketidakmampuan belajar. Misalnya, anak-anak penderita disleksia yang tidak terdiagnosis mungkin merasa malu, cemas, bahkan stres karena tidak bisa melakukan hal yang sama seperti teman-temannya.
B. cara menyelesaikan anak-anak yang susah konsentrasi dalam belajar
- Mengulangi kembali pembelajaran.
- Membuat tempat belajar lebih kondusif.
- Suasana yang kondusif.
- Membuat rangkuman pembelajaran (Agar lebih mudah saat belajar)
- Tempat yang nyaman.
- Membuat kelompok belajar (Agar lebih semangat dan giat saat belajar)
- Jangan belajar saat situasi terdesak.
- Menyisipkan cerita.
- Membuat permainan.
- Menggunakan media dan metode pembelajaran yang menarik.
- Mengadakan tanya jawab setelah materi selesai diajarkan.
Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar yang di mana kesulitan yang dimiliki tersebut ialah malas belajar dan malas untuk mengerjakan tugas di sekolah atau PR. Sebagai guru membuat kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan, jika siswa senang dan gembira maka akan lebih mudah untuk menerima materi yang di ajarkan. Jika guru memarahi sisa karena malas belajar dengan cara membentak atau memarahinya yakni suatu hal yang salah besar. Guru harus kreatif untuk merancang pembelajaran mengatur waktu belajar yang efektif dan guru harus mendorong siswa untuk aktif bertanya.
Untuk anak yang malas membuat pr dapat di berikan hadiah agar termotivasi tidak lagi malas dalam mengerjakan PR dengan memberikan hadiah kecil. Ketika anak malas mengerjakan dan menolak mengerjakan pr guru dapat menjelaskan jika ia tidak mengerjakan makan akan mendapatkan nilai yang buruk. Serta memberi pengertian kepada anak mengapa PR harus dikerjakan dan mendapatkan nilai yang baik di kelas dan menjelaskan bahwa jika anak berprestasi akan membuat anak merasa bangga. Tidak adanya sarana, desentralisasi yang tidak efektif, revisi kurikulum, penataran yang buruk, dan komite sekolah atau dewan pendidikan adalah semua faktor yang sering disalahgunakan karena kualitas pendidikan yang buruk dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar.
Kegiatan yang meningkatkan keinginan siswa untuk belajar sangat sulit untuk dilakukan. Salah satu alasan mengapa sulit untuk menumbuhkan keinginan anak untuk belajar adalah kurangnya kepedulian orang tua dan guru. Fakta sebelumnya menunjukkan bahwa ketika ada masalah dengan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, baik guru maupun orang tua tampaknya tidak peduli; guru membiarkan siswa malas, dan orang tua tidak peduli. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga mempunyai pengaruh paling besar terhadap motivasi belajar anak dan sangat kuat terhadap segala perkembangannya. Itu berlanjut hingga tamat SMA dan seterusnya, beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap anak antara lain;
- Sekolah: Dalam hal motivasi belajar, gurulah yang membedakannya. Dalam banyak hal, mereka tidak sekuat orang tuanya. Namun, Anda bisa membuat kehidupan sekolah menyenangkan dan menarik.
- Anak itu sendiri
- Siswa yang mempunyai kesempatan sebesar-besarnya untuk belajar dengan sungguh-sungguh, berprestasi dengan baik sekaligus dapat menikmati pembelajaran, mempunyai tingkah laku dan karakter yang cerdas, mempunyai budi pekerti yang tinggi, mempunyai jati diri dan kemampuan mengatur diri – jati diri yang dimilikinya tentu akan mempengaruhi motivasi belajarnya.
Orang tua dan guru memiliki pengaruh paling besar dalam memotivasi siswa. Kerja sama antara keduanya akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa untuk meningkatkan keinginan siswa untuk belajar Salah satu ciri guru yang bisa memotivasi yaitu antusiasme, mereka peduli dan paham dengan apa yang diajarkannya dan mengkomunikasikannya dengan murid bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting.
KESIMPULAN
Penelitian ini membahas masalah yang muncul dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar sangat penting sebagai dasar pendidikan formal, karena berperan dalam pembentukan keterampilan dasar, pengembangan karakter, serta kemampuan sosial dan emosional siswa. Namun, dalam praktiknya, pembelajaran sering menghadapi berbagai tantangan yang berasal dari faktor internal dan eksternal, seperti rendahnya motivasi siswa, metode pengajaran yang kurang menarik, dan kurangnya dukungan dari keluarga.
Guru memiliki peran yang sangat penting sebagai fasilitator, motivator, dan inovator dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Student Centered Learning (SCL) lebih mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dibandingkan dengan model Teacher Centered Learning (TCL). Untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran, diperlukan pendekatan kreatif, seperti penggunaan media interaktif, penyediaan bahan bacaan yang menarik, pendampingan intensif bagi siswa, serta kolaborasi antara sekolah dan orang tua.
Solusi lainnya melibatkan pengelolaan lingkungan belajar yang kondusif, penyisipan kegiatan menarik dalam pembelajaran, dan penguatan peran guru dalam mendukung siswa dengan kebutuhan khusus. Dukungan dari keluarga, peningkatan kualitas metode pengajaran, serta penanganan psikologis siswa juga sangat penting untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah dasar. Dengan langkah-langkah tersebut, tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.
Bimbingan belajar adalah proses yang membantu siswa mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bimbingan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami diri mereka sendiri sesuai dengan bakat dan minat mereka, serta memastikan perkembangan yang optimal tanpa menghambat kemajuan mereka. Motivasi merupakan salah satu karakter penting dalam diri manusia yang sangat mempengaruhi perilaku peserta didik.
Motivasi sangat dibutuhkan oleh siswa, karena dengan motivasi yang tinggi, mereka akan mampu mencapai target yang ditetapkan. Motivasi dapat mendorong siswa untuk menjadi lebih baik dan menghasilkan dampak positif, karena berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan pengarah ke hal-hal yang positif.
Berdasarkan hasil penelitian yang menganalisis permasalahan belajar siswa sekolah dasar dengan menggunakan metode observasional, dapat dirangkum ternyata siswa sering mengalami kesulitan dalam menjaga konsentrasi selama pembelajaran. Faktor internal serta eksternal contohnya seperti kurangnya motivasi, lingkungan belajar yang tidak mendukung, dan gangguan eksternal seringkali menjadi akar pemicu permasalahan ini. Selain itu, masalah perilaku juga sering terjadi, seperti: Mereka mungkin mengganggu proses belajar siswa lain karena tidak bisa duduk diam dan mengganggu teman sekelasnya atau bertindak agresif.
Kurangnya motivasi belajar juga terlihat dari pengamatan sebagian siswa tampak apatis, bosan, atau enggan menyelesaikan tugas yang diberikan gurunya. Beberapa siswa juga tercatat mengalami kesulitan dengan keterampilan akademik seperti membaca, menulis, matematika, dan memahami konsep kelas. Faktor lingkungan belajar seperti suasana di dalam kelas yang bising atau tidak menyenangkan, kurangnya kesempatan belajar, dan gangguan dari luar kelas juga turut menyumbang kesulitan dalam proses belajar bagi siswa.
Aisyah Putri Permatasari, Dea Mustika, S.Pd., M.Pd., Shofia Nuryana, Mirza Zita, Lili Kurniawati, Aulia Sabila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H