Setiap individu berhak menerima pendidikan sekolah. Siswa memperoleh pendidikan tersebut melalui proses pembelajaran yang terstruktur, teratur, dan berkesinambungan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terpadu diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam membentuk individu yang dapat menjadi panduan dalam mencapai tujuan pendidikan (Ramli, dkk 2020).
Menurut Aziz (2006: 29), kemalasan berbeda dengan kelambanan. Anak yang lamban biasanya masih memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu meskipun memerlukan waktu, sedangkan anak yang malas cenderung kurang memiliki keinginan untuk melakukannya. Kemalasan dalam belajar bisa terlihat melalui tindakan seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah, enggan belajar di sekolah, menunda-nunda tugas, atau bahkan tidak hadir di kelas sama sekali.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yang ditandai dengan perubahan perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan ini dapat terlihat pada berbagai aspek perilaku. Belajar dapat diartikan sebagai "proses di mana individu berusaha mencapai perubahan dalam perilaku sebagai akibat dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan" (Slameto, 2015, hlm. 2).
Tugas guru pendamping yakni membantu guru utama dalam mengawasi siswa yang banyak di kelas, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Guru pendamping berperan dalam memantau dan mengarahkan siswa yang kesulitan atau kurang memahami materi yang diajarkan oleh guru utama. Dalam menjalankan tugasnya, guru pendamping menghadapi tantangan, seperti perbedaan kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran, adanya siswa yang malas belajar, serta siswa yang enggan mengerjakan dan mengumpulkan tugas.
METODE PENELITIAN
Untuk menganalisis permasalahan siswa sekolah dasar, penulis menggunakan metodologi penelitian observasional. Metode observasi merupakan teknik yang dilakukan peneliti dengan mengamati dan mencatat secara langsung perilaku, interaksi, atau kejadian dalam lingkungan yang diteliti tanpa mengubah atau mengganggu keadaan yang ada. Penelitian tentang analisis masalah belajar di kalangan siswa sekolah dasar melibatkan metode observasi yang melibatkan pengamatan langsung terhadap aktivitas belajar anak di kelas dan lingkungan belajar lainnya. Peneliti akan mencatat interaksi antara guru dan siswa, tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran, pola perilaku kesulitan belajar, dan faktor lingkungan lainnya yang memengaruhi proses pembelajaran.
Dengan judul “Permasalahan Yang Terjadi Dalam Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar,” Penelitian ini berfokus pada penggunaan observasi langsung untuk menemukan dan menganalisis masalah belajar yang mungkin dihadapi oleh siswa sekolah dasar.
PEMBAHASAN
Hasil analisis dapat mengungkapkan permasalahan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pembelajaran di Sekolah Dasar memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan individu. Anak-anak di tingkat ini menghadapi tantangan dalam proses belajar, seperti rendahnya minat belajar dan kesulitan dalam memahami materi. Masalah pembelajaran di sekolah dasar berasal dari faktor internal dan eksternal yang saling mempengaruhi. Untuk mengatasinya, diperlukan perhatian terhadap kompetensi guru, motivasi siswa, fasilitas belajar, serta dukungan dari keluarga dan masyarakat. Semua ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pembelajaran berlangsung efektif dan hasil belajar siswa dapat maksimal.
Guru menerapkan dua metode pembelajaran, yaitu Teacher centered learning (TCL) dan Student centered learning (SCL). TCL lebih fokus pada peran pendidik, sementara SCL menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam kelas. Pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat dengan kebutuhan siswa bisa menjadi penghalang dalam proses belajar. Pendidik yang kurang kreatif mungkin akan kesulitan dalam mengelola siswa. Model pembelajaran TCL cenderung memperlakukan semua siswa secara sama, tanpa mempertimbangkan perbedaan potensi mereka, yang menjadikannya sistem pembelajaran satu arah. Model ini sering kali membuat siswa menjadi pasif, karena hanya mendengarkan selama pembelajaran, yang dapat mengurangi kreativitas mereka. Selain itu, sistem TCL mengarah pada pengembangan bahan ajar yang kurang variatif dan monoton, terutama ketika siswa menunjukkan sikap pasif.
Pendidikan di era modern menuntut adanya inovasi dan perubahan. Proses pembelajaran di sekolah sangat bervariasi tergantung pada materi yang diajarkan, dan SCL adalah model pembelajaran berfokus pada siswa. Guru harus melaksanakan peranannya, bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator, fasilitator, dan inovator. Guru tidak hanya bertugas menerangkan di depan kelas, tetapi juga membantu siswa mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Siswa harus didorong untuk aktif dalam mengerjakan tugas dan berdiskusi dengan guru sebagai fasilitator pendidikan. Aktivitas siswa akan memupuk kreativitas mereka, yang pada gilirannya mendorong guru untuk terus menumbuhkan dan menyinkronkan materi pembelajaran dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam model SCL, siswa didorong untuk memiliki motivasi internal dalam mencapai kompetensi yang diinginkan.