Mohon tunggu...
Aisyah Dian
Aisyah Dian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - https://www.aisyahdian.com/

Lifestyle Blogger Balikpapan Suka menulis, bercerita, bersahabat baik dengan siapapun

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fear of Other People's Opinions (FOPO)

18 Desember 2023   18:06 Diperbarui: 18 Desember 2023   19:28 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sahabat, kamu pernah mengalami FOPO nggak? Iya FOPO. Sudah pada tahu belum FOPO itu apa?

FOPO adalah singkatan dari Fear of Other People's Opinions ataupun perasaan takut dengan pendapat maupun opini orang lain. Menurut psikolog Michael Gervais, PhD, alasan mengapa kita merasa takut, rendah diri, ataupun rasa cemas yang berlebihan bisa dikarenakan kamu merasa khawatir tentang ketidaksetujuan di lingkungan social terdekatmu.

Perlu kamu tahu bahwa ketakutan ini akan menjadi obsesi yang sangat tidak rasional, menjadikan diri kita tidak produktif, dan dapat membahayakan potensi yang kamu miliki lho. Micheal Gervais menjelaskan bahawa akibat dari situasi ini membuat kamu menjadi selalu bermain 'aman', karena takut dikritik, ditolak, dan lainnya.

Itulah kenapa sebenarnya sangat penting bagi kamu untuk selalu membangun kepercayaan diri atas kemampuan atau potensi yang kamu miliki. Katakan bahwa kamu mungkin hebat dan layak sekali untuk mendapatkan yang terbaik. Dengan begini, akan membantu kamu lebih fokus pada keterampilan dan kemampuan kamu daripada pendapat orang lain.

 Penyebab terjadinya FOPO

Pemicu FOPO sangatlah beragam. Kondisi ini juga sudah menjadi fenomena di masyarakat dan terus meningkat. Salah satu pemicunya bisa datang dari orang terdekat, sahabat, saudara ataupun malahan dari media sosial. Itu mengapa banyak sekali orang yang tiba-tiba tutup akun media sosialnya karena nggak kuat menghadapi nyinyiran orang.

Kalau aku sih lebih memilih ngeblog beberapa orang yang menyebabkan FOPO. Lagian toh kita hidup nggak numpang sama mereka ngapain sibuk memikirkannya. Aku sih nggak perduli baik mereka itu dulunya sahabat dekat maupun saudara sekalipun.

Selain itu, di Indonesia ini FOPO juga bisa dibentuk dari budaya serta pendidikan. Seperti yang kita tahu bahwa budaya feodalisme dan konfromitas masih melekat di masyarakat, sehingga berkontribusi kuat terbentuknya situasi tersebut.

Sistem pendidikan juga bisa memberikan pengaruh besar. Pasalnya pendidikan yang menyeragamkan semua individu, pada akhirnya membuat orang-orang lebih mementingkan pendapat atau pikiran orang lain dibandingkan pendapatnya sendiri.

Dampak FOPO yang terjadi dalam kehidupan kita

FOPO bisa memberi dampak yang negatif bagi kehidupan seseorang. Media sosial juga bisa membentuk image atau sebuah perspektif. Misalnya, banyaknya topik mengenai parameter kesuksesan anak muda.

Jadi anak muda dianggap sukses jika sudah memiliki penghasilan atau usaha sendiri di usia 20-an. Alhasil, wacana di media sosial tersebut membuat seseorang mulai membandingkan dirinya.

Akhirnya membandingkan dirinya, sudah usia 30 tahun tetapi belum ada bisnis sendiri dan akhirnya mulai insecure karena hidup tidak sesuai harapan kebanyakan orang.

FOPO ini juga membuat seseorang tidak memiliki kesadaran akan identitas dirinya sendiri. Mereka tidak mengenal dirinya dengan baik. Jika mereka bisa mengatasi hal ini, tentu tak perlu cemas dengan pendapat orang lain atau tidak perlu takut berbeda.

Gak hanya itu, ketakutan dengan pendapat orang lain juga mengakibatkan gangguan kecemasan sosial. Kondisi ini memicu dampak negatif bagi kesehatan mental. Mereka menjadi tidak tahu apa yang sebenarnya diinginkan, semua yang dilakukan semata-mata hanya untuk memenuhi harapan publik.

4. Cara mencegah terjadinya FOPO

Tentunya kamu tak ingin memiliki masalah dengan FOPO kan? Di bawah ini ada beberapa pencegahan yang bisa dilakukan agar fOPO tidak menjadi masalah yang besar. Hal yang paling utama adalah dimulai dari pendidikan di rumah dan sekolah.

Jadi ekosistem pendidikan dibuat agar anak-anak bisa tumbuh dengan kepercayaan diri yang baik. Dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

Kalau punya energi percaya diri yang bagus tidak akan mudah cemas/FOMO. Karenanya harus dibentuk ekosistem yang menumbuhkan kepercayaan diri dengan memberikan ruang-ruang bagi keunikan setiap manusia," terang Novi.

5. Cara mengatasi FOPO

Bagi kamu yang sudah terlanjur mengalami FOPO, masih ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Mulailah dengan berdialog terkait ketakutan apa, mengapa tidak berani memutuskan, dan lainnya. Hal ini akan membantu mereka cara berpikir dan bersikap.

Berikutnya kamu bisa mencoba dengan melakukan banyak aktivitas positif untuk mengurangi kecemasan. Tapi jika sampai ke level traumatik, lebih baik kamu menghubungi profesional seperti psikolog maupun konselor.

Mulailah Berpikir Bahwa Tidak Semua Orang Peduli 

Agar tidak lagi merasa takut akan opini orang lain atas diri kita, kamu bisa mulai meyakinkan diri bahwa tidak semua orang peduli dan punya waktu untuk menilai bagaimana tindakan orang lain. Ada banyak hal yang penting untuk dilakukan orang lain tersebut, dibanding harus memberikan opini negatif atas tindakan orang lain di sekitarnya.

Berhenti Menilai Orang Lain 

Tidak jarang, rasa takut akan opini orang lain disebabkan karena diri sendiri pun kerap kali menilai bagaimana cara orang lain bertindak, berpenampilan, berpikir, dan sebagainya. Oleh sebab itu, jika tidak ingin dihantui dengan rasa takut akan opini orang lain tersebut, mulai dari sekarang fokuslah pada diri sendiri dengan tidak menilai bagaimana orang lain.

Yakinkan Diri Bahwa Kesalahan Merupakan Hal yang Wajar 

Takut berbuat salah atau pun melakukan suatu hal yang membuat malu, merupakan pemicu FOPO. Nah, untuk bisa mengatasinya, terimalah kenyataan bahwa kesalahan atau pun sedikit rasa malu merupakan normal adanya dan merupakan bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan. Pun jika ada kesalahan dan suatu hal yang membuat malu, orang bisa memaafkan dan melupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun