“Tidak juga, Yan. Tapi saya penasaran dengan seorang pelanggan kita. Kok sudah jarang berkunjung, ya?”
“Yang mana, Pak?” Yanu, pegawai itu, berpikir sejenak, lalu terkesiap. “Jangan-jangan Bapak lihat juga?”
“Maksudmu?” Satya berdiri di tempat favorit gadis itu.
“Gadis cantik yang suka duduk di sini sambil lihat purnama.” Yanu bergidik.
“Iya, maksud saya yang itu, Yan. Kenapa kamu jadi aneh?” Satya ikut terkejut. Yanu lantas berkata pelan nyaris berbisik.
Satya pun mengerti. Gadis yang dilihatnya selama ini memang telah mati, bahkan jauh sebelum kontraktor bangunan membangun kembali kompleks yang luluh lantak terbakar di suatu malam purnama. Bertahun-tahun sebelum orang tuanya berinvestasi dalam bangunan ruko yang kini ia gunakan untuk kedai kopinya. Ya, investasi yang pada akhirnya membawa petaka terhadap ayahnya yang meninggal dalam kecelakaan tragis tahun lalu. Mendadak, engsel Satya melemas mengingat pembicaraan tentang purnama yang tak pernah sama itu.
Dan ia mengerti purnama apa yang disaksikan gadis itu di malam terakhir mereka bertemu…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H