Mohon tunggu...
Agustina Indrawati
Agustina Indrawati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis, Certified Professional Coach

Psikolog Klinis Remaja dan Dewasa | Coach Life dan Karir | Pemerhati Kesehatan Mental Anak Muda | Anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia | Pernah bekerja sebagai Praktisi SDM di organisasi internasional dan beberapa perusahaan multinasional | https://pulihatthepeak.id

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Bagaimana Mempertahankan Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19?

14 September 2021   13:20 Diperbarui: 9 Oktober 2021   07:00 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesehatan mental (Thinkstock via nasional.kompas.com)

Pandemi Covid-19 telah berlangsung di Indonesia sejak awal tahun 2020 dan perkembangan kasusnya masih terus terjadi hingga saat ini.

Menghadapi situasi yang demikian, pemerintah memutuskan untuk menetapkan aturan tentang protokol kesehatan, di antaranya tindakan menjaga jarak sosial, mengurangi mobilitas, memakai masker, serta mencuci tangan secara reguler. 

Penerapan protokol kesehatan tersebut juga disertai dengan pemberlakuan kebijakan secara berkelanjutan terkait pembatasan kegiatan masyarakat yang bertujuan menekan penyebaran virus corona.

Kebiasaan baru maupun perubahan yang terjadi pastinya memengaruhi berbagai aspek kehidupan setiap orang secara signifikan, termasuk kehidupan anak muda. Sebagaimana pengalamanmu, mereka menghabiskan lebih banyak waktu di rumah setahun belakangan. 

Mereka mengalami kesulitan untuk bertemu secara langsung dengan keluarga besar, serta melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. 

Mereka pun tidak dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah atau aktivitas kuliah di kampus secara normal, melainkan melalui metode dan platform daring.  

Realitas lain yang terjadi adalah sebagian anak muda harus kehilangan pekerjaan impian serta pendapatan finansial di awal karir, bahkan ada yang mulai meragukan aspirasi dan prospek masa depan mereka. 

Sebagian lagi menghadapi kenyataan bahwa orang terdekat mereka menderita sakit parah atau meninggal dunia, baik anggota keluarga, teman, guru atau pengasuh. 

Kondisi tersebut menimbulkan perasaan sedih, kehilangan, maupun duka cita dalam diri mereka. Bisa jadi kamu merupakan salah satu anak muda yang menghadapi dan merasakan hal serupa.

Memang pengaruh pandemi terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan tidak sama untuk setiap anak muda. 

Namun laporan penelitian UNICEF menegaskan bahwa dampak Covid-19 pada kesehatan mental anak-anak dan remaja terjadi hampir di mana-mana. 

Beberapa studi yang dilakukan menunjukkan efek negatif yang signifikan, baik pada mereka yang sudah maupun tidak mengalami gangguan kesehatan mental sebelumnya. 

Rentangnya cukup beragam, mulai dari rasa kesepian, terisolasi, cemas, takut, depresi, menyakiti diri hingga kecenderungan bunuh diri (UNICEF Office of Research - Innocenti, 2021).

Hasil riset Public Health Wales (2021) juga menemukan bukti kuat bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh aspek kesejahteraan mental anak-anak dan remaja di banyak negara. 

Mereka dengan latar belakang keluarga yang memiliki status sosial ekonomi lebih rendah, anak muda yang tidak mengenyam pendidikan atau mempunyai pekerjaan, serta perempuan muda dinyatakan terkena efek negatif pandemi yang jauh lebih parah daripada kelompok lainnya.

Apa yang mendorong kesehatan mental memburuk selama masa pandemi?

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi kebanyakan anak muda ketika dihadapkan pada berbagai kondisi yang menimbulkan rasa cemas. 

Hal ini berisiko menurunkan kualitas kesehatan mental dan kesejahteraan individu. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah rasa kesepian. 

Pemicunya bisa karena terbatasnya kesempatan untuk keluar rumah, bertemu dengan keluarga besar, maupun bersosialisasi dengan teman-teman. 

Kamu berpotensi kehilangan dukungan kelompok sebaya yang sebetulnya penting bagi tahap perkembangan psikososial untuk anak seusiamu.

Faktor lainnya adalah kecemasan tentang pendidikan dan masa depan. Ada di antara kamu yang merasa cemas akan hilangnya aksesibilitas dan dukungan dari sekolah atau kampus, serta kualitas pendidikan yang diterima. 

Kebutuhan mendesak akan lingkungan pembelajaran virtual memang belum sepenuhnya didukung sumber daya, solusi digital dan akses yang memadai. 

Selain itu, ada yang mulai merasa khawatir akan ketidakpastian terkait aspirasi karir dan kesuksesan di masa depan mengingat situasi ekonomi saat ini yang belum stabil, serta tingkat pengangguran yang semakin meningkat.

Beberapa penyebab berbeda diidentifikasi oleh Centers for Disease Control and Prevention (2021), baik tantangan sosial, emosional, dan mental yang dihadapi anak muda dalam kehidupan sehari-hari sebagai dampak dari pandemi.

Pertama, perubahan rutinitas. Tindakan menjaga jarak sosial merupakan salah satu cara terbaik untuk menghindari paparan virus corona dan memperlambat penularannya. 

Dibutuhkan kesadaran dari setiap individu untuk mengambil tanggung jawab pribadi guna melindungi diri sendiri maupun orang yang mereka cintai. 

Namun kenyataannya, kamu membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk beradaptasi dengan rutinitas dan kebiasaan baru, mulai dari pembatasan pertemuan langsung hingga penggunaan masker secara konsisten. Memang tidak mudah menghadapi tuntutan untuk menjauhkan diri secara sosial dari keluarga serta teman-teman.

Kedua, terlewatnya peristiwa penting dalam hidup. Jarak fisik membuat hidup terasa tertunda, padahal sebenarnya waktu terus bergulir. 

Ulang tahun, wisuda, acara perpisahan, rencana liburan, kelahiran, serta pemakaman hanyalah contoh dari banyak peristiwa penting dalam hidup yang mungkin kamu lewatkan selama masa pandemi. 

Jarak sosial dan pembatasan pertemuan menghalangimu berkumpul secara langsung dengan keluarga dan teman untuk merayakan atau berduka seperti biasanya.

Ketiga, hilangnya keamanan dan keselamatan. Rasa tidak aman secara ekonomi dapat memengaruhi kemampuan individu untuk secara konsisten mengakses makanan sehat, tempat tinggal, maupun transportasi yang aman. 

Meningkatnya tekanan ekonomi juga membuat risiko mengalami kekerasan semakin besar, sementara peluang untuk mencari bantuan dan dukungan sosial relatif berkurang. 

Hal ini mungkin dipicu oleh hubungan yang kurang dapat dipercaya, komunikasi yang kurang terbuka, serta kurangnya kesadaran akan perubahan perilaku orang di sekitar yang berpotensi membahayakan dirimu.

Ketika berbagai tantangan dan masalah yang dihadapi tidak dapat teratasi, tingkat tekanan psikologis yang dirasakan menjadi lebih tinggi dan dapat memicu taraf kesehatan mental yang lebih buruk.

Bagaimana cara mengelola kesehatan mental yang efektif selama masa pandemi?

Sebagai anak muda, kamu pasti pernah mengalami perasaan-perasaan negatif, seperti cemas, terisolasi atau kecewa ketika dihadapkan pada kebiasaan baru maupun perubahan hidup sebagai akibat dari pandemi. Ketahuilah bahwa kamu tidak sendirian.

Untuk mendukung dirimu serta anak muda lainnya menjalani kehidupan secara lebih optimal di masa normal baru, UNICEF berinisiatif membagikan strategi merawat diri dan menjaga kesehatan mental yang dapat dipraktikkan dalam keseharian (UNICEF, 2020), antara lain:

Kenali bahwa kecemasan yang kamu rasakan tergolong normal

Pada dasarnya kecemasan merupakan fungsi normal dan sehat yang mengingatkan seseorang akan ancaman, serta membantunya mengambil tindakan untuk melindungi diri. 

Kecemasan bisa membantu kamu membuat keputusan yang diperlukan pada saat tertentu. 

Perasaan cemas ini tidak hanya menolong kamu, tetapi juga orang lain agar tetap aman. 

Jadi, kamu bukan satu-satunya individu yang merasa cemas dengan terbatasnya interaksi sosial maupun penutupan sekolah atau kampus. Dalam situasi demikian, memang itulah yang seharusnya kamu rasakan.

Alihkan perhatian pada kegiatan yang positif

Akan sangat membantu kalau kamu tidak memfokuskan diri pada kondisi sulit yang sedang dialami. 

Sebaliknya, alihkan perhatian pada aktivitas sehari-hari yang memberikan kelegaan dan menjaga keseimbangan hidup. 

Banyak aktivitas yang bisa kamu pilih, seperti mengurus pekerjaan rumah, menonton film favorit, membaca novel, serta beristirahat atau tidur yang berkualitas.

Temukan cara baru untuk terhubung dengan teman-teman

Media sosial adalah cara yang bagus untuk terhubung dan menghabiskan waktu bersama teman-teman saat aturan menjaga jarak sosial diberlakukan. 

Kamu bisa menemukan cara yang kreatif untuk bersosialisasi satu sama lain secara daring, yang berbeda dari cara sebelumnya.

Tetapi memberikan akses tanpa batas ke media sosial bukanlah cara yang sehat dan cerdas. Bahkan kamu perlu berhati-hati karena berada di depan layar secara terus menerus justru bisa memperkuat kecemasan dalam dirimu. 

Untuk mengatasinya, kamu bisa membuat jadwal sosialisasi dan mendisiplinkan diri sendiri untuk berinteraksi dengan teman-teman hanya pada waktu yang telah ditentukan.

Fokuslah pada diri sendiri

Sekarang merupakan waktu yang tepat untuk berfokus pada diri sendiri, serta menemukan cara baru untuk menggunakan waktumu. 

Upaya ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk menjaga kesehatan mental. Kamu bisa mempelajari sesuatu yang baru, seperti mulai berolahraga, berlatih alat musik, menulis artikel, melukis, atau memasak. Buatlah daftar hal-hal lain yang ingin kamu lakukan, disertai evaluasi pencapaiannya secara berkala.

Terimalah perasaanmu apa adanya

Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi kesedihan atau kekecewaan yang kamu hadapi? 

Satu-satunya jalan keluar ketika kamu menemui perasaan yang menyakitkan adalah melaluinya. Biarkan dan persilahkan dirimu merasakannya. 

Kamu bisa merasa lebih baik secara lebih cepat kalau kamu membiarkan dirimu merasa sedih, kecewa ataupun marah.

Perlu diingat, cara memproses perasaan tidak sama untuk setiap orang. Ada individu yang ingin berdialog dengan teman-temannya, serta menggunakan kesedihan bersama sebagai cara untuk merasa terhubung di saat mereka tidak dapat bertemu secara langsung. 

Ada yang menciptakan karya seni, atau berburu makanan favorit mereka. Semua itu sah-sah saja, yang terpenting adalah kamu melakukan apa yang kamu rasa benar.

Dapat disimpulkan bahwa kecemasan seputar Covid-19 sebetulnya normal dan bisa dipahami. Namun pastikan kamu memperoleh informasi tentang virus corona dari sumber yang kredibel. Abaikan saja segala informasi yang kamu dapatkan dari sumber yang kurang tepercaya.

Selain itu, jangan ragu untuk membicarakan rasa khawatir terkait virus tersebut dengan orang tuamu atau orang dewasa lain yang kamu percayai sehingga mereka dapat membantumu. 

Kalau perasaan cemas sudah sangat mengganggu, tidak ada salahnya kamu mencari pertolongan dan berkonsultasi dengan profesional.

Bagaimanapun, memperhatikan kesehatan mental dan kesejahteraan diri masing-masing selama masa pandemi tetap merupakan hal yang penting bagi semua anak muda. 

Dengan demikian, kamu bisa menyelesaikan setiap tugas, tanggung jawab dan tuntutan peran dalam keseharianmu tanpa kesulitan yang berarti.

*Tulisan ke-2 dari Serial "Anak Muda Keren Paham KesMen" (Kesehatan Mental)

Daftar Referensi

  1. Centers for Disease Control and Prevention. C.D.C.P. (2021). COVID-19 Parental Resources Kit - Young Adulthood: Social, Emotional, and Mental Well-Being of Young Adults during COVID-19. www.cdc.gov
  2. Public Health Wales. P.H.W. (2021). Research Brief: Children's and Young People's Mental Well-Being during the COVID-19 Pandemic. phw.nhs.wales
  3. UNICEF. (2020). How Teenagers Can Protect Their Mental Health during COVID-19: 6 Strategies for Teens Facing a New (Temporary) Normal. www.unicef.org
  4. UNICEF Office of Research - Innocenti, U.O. of R.I. (2021). Children and Youth Mental Health under COVID-19. www.unicef-irc.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun