Kita mudah sekali merasa terintimidasi dengan kebahagiaan yang ditampakan orang lain. Terlebih bagi kaum perempuan, sedikit-sedikit dalam pandangannya terlihat bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau. Perempuan yang berperan sebagai tulang punggung keluarga, seorang single mom, atau menjalani kehidupan yang berat lainnya lebih rentan dengan kondisi ini.
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa kaum hawa lebih mudah stres dan mengalami gangguan psikologis. Di tengah keterbatasan masing-masing, baik waktu, dana, beban harian, dan kondisi lain, kebanyakan perempuan masih terlalu banyak pertimbangan ketika ingin menyenangkan diri sendiri.Â
Di sisi lain, perempuan, khususnya mereka yang menanggung beban untuk menghidupi atau merawat orang lain, misalkan suami, anak, orang tua, saudara atau bahkan tanggung jawab terhadap manusia di luar keluarga terkait pekerjaan, dituntut untuk selalu terjaga kewarasannya.
Kewarasan jiwa dan raga. Sehat lahir dan batin.Â
Maka mau tak mau perempuan diharapkan juga mengupayakan dengan sungguh-sungguh, kesempatan dan cara untuk menyenangkan diri sendiri, di sela padatnya tuntutan hidup.Â
Ada berbagai cara mulai yang bersifat rutinitas harian maupun insidentil, yang gratis ataupun berbayar, yang murah maupun mahal, yang membutuhkan ekstra usaha atau yang bisa dikerjakan tanpa repot berlebihan.
Versi saya adalah berikut ini.
1. Tidur Lebih Dari Cukup
Tidur merupakan rutinitas, setiap orang lazim melakukannya setiap hari. Namun sesekali tidur yang melebihi waktu yang rutin kita ambil jadi kebutuhan mendesak. Terutama bila stamina mulai menurun atau ada hari-hari yang dirasa lebih berat. Bisa ditambahkan waktu tidur malam atau siang. Atau sebisanya kita mencuri waktu.
Hadiah termudah tanpa rasa bersalah bagi diri ini!
2. Makan Enak Dan Kenyang
Sama seperti tidur, makan adalah kebutuhan harian. Bila sehari-hari kita berpola makan sehat dan secukupnya, sesekali bolehlah kita cheating.Â
Mekan enak tak selalu mewah atau mahal. Tergantung kesukaan kita, terkait selera pula. Bisa saja kita memasaknya sendiri demi sedikit penghematan. Hingga kita dapatkan dua relaksasi sekaligus, memasak dan makan enak.
Makan enak seringkali disebut sebagai bukan perilaku sehat menurut beberapa praktisi, tapi sudahlah, kita ingin happy tummy, bahagia hati bukan?
3. Mengurangi Atau Berhenti Sejenak Dari Kegiatan Wajib Harian
Masih soal rutinitas. Setiap orang yang punya ritme kegiatan padat setiap hari, dari matahari masih di peraduan hingga rembulan kembali menyapa, membutuhkan jeda, relaksasi, mengendurkan intensitas. Misal, biarkan sesekali rumah berantakan, setrikaan menumpuk, masak sekaligus untuk dua hari.Â
Untuk pekerjaan, usahakan memilah prioritas. Pekerjaan yang bisa ditunda 1-2 hari ke depan, tinggalkan dulu. Bukan tipikal karyawan teladan dong? Ah, yang penting setelahnya kita punya cukup energi dan tak berkurang tanggung jawab untuk menampilkan kinerja terbaik. Terbaik versi kita tentunya, bukan orang lain, atasan sekalipun.
Atau, ambil cuti sekalian? Cuti tak harus dihabiskan dengan bepergian lho. Cuti untuk rebahan atau menikmati kegiatan lain yang menyenangkan di rumah pun oke.Â
Cuti berlaku juga untuk ibu rumah tangga. Tak harus sehari penuh, kondisikan agar urusan domestik bisa ditinggalkan sejenak. Emang bisa?!?! Bisa, jika anda mengusahakannya kok.
4. Melakukan Hobi, Kesukaan Atau Minat Yang Tertunda
Tak ada orang yang tak memiliki minat atau kesukaan khusus. Masak, jalan-jalan, berkebun, memelihara binatang tertentu, membaca, olahraga. Melakukan hobi, berarti menikmati hidup. Menyegarkan pikiran. Menumbuhkan semangat. Menentramkan hati.Â
Sebaliknya, mereka yang terlalu lama terjebak keadaan hingga tak ada kesempatan menikmati hobi, seperti ada bagian diri yang tertahan-tahan. Mudah terpicu stres. Jadi apa minat anda?
5. Belanja Sesuatu Yang Kita Inginkan
Menabrak konsep financial planning, tak seterusnya kita harus taat pada anggaran, budget, perencanaan keuangan yang telah ditetapkan. Beruntunglah yang memiliki dana lebih dari cukup untuk barang atau kegiatan konsumtif.Â
Mereka yang minim budget bisa menyiasati keadaan dengan membeli kebutuhan primer atau sekunder yang mendekati seleranya, bukan semata mempertimbangkan harga. Atau bila diperlukan, menabung lebih banyak untuk merealisasikan hal ini.Â
Bisa menabung lebih banyak = bekerja/berjualan lebih giat = bisa karena tubuh dan pikiran prima.Â
6. Bertemu Atau Berbagi Cerita Dengan Orang Lain
Perempuan dikenal senang curhat, suka bercerita, bahkan diklaim memiliki kemampuan memproduksi kata sebanyak 20.000 per hari. Tiga kali lipat dibanding kebisaan laki-laki. Bayangkan bila ia terpaksa memendamnya selama berbulan-bulan, karena tak ada kesempatan atau partner bicara yang tepat?Â
Terkadang kita tak bisa banyak bercerita pada orang terdekat kita. Kadang orang di luar itu malah yang sanggup mendengarkan. Maka luangkan waktu untuk itu. Sebelum kata-kata di benakmu terbaca dalam bentuk keluhan penuh kepedihan, makian atau tangisan.
Semua orang butuh didengarkan, butuh dimengerti, butuh teman bicara.
7. Masuk Komunitas Atau Grup Sesuai Passion
Masuk ke komunitas atau grup yang relevan bisa jadi sarana untuk berbagi banyak hal. Â Penghobi masak bisa masuk grup-grup baking dan kuliner, yang mana berbagi pikiran dan perasaan bisa diwujudkan dalam bentuk berbagi resep. Penghobi menulis bisa bertemu dengan orang-orang dengan passion yang sama, hingga curahan hati tertulisnya lebih bisa diterima.
Menambah teman sudah pasti, meluaskan wacana, memperkaya pengetahuan, dan membuka kesempatan untuk memajukan diri, bisa didapat dari sini. Â Kesamaan ide, hobi, passion, ditenggarai memudahkan individu-individu untuk saling menerima, memahami, dan memberikan input yang tepat.Â
Kebersamaan dengan orang-orang di peminatan yang sama yang saling mendukung, adalah bentuk reward bagi diri sendiri, bisa membuat kita merasa lebih berharga dan diterima.
8. Tinggalkan Toxic People
Jika poin 6 dan 7 mendorong kita untuk memperbanyak interaksi dengan orang-orang yang membawa suasana positif, maka poin yang ini menyemangati anda untuk berani menyingkir sejenak, jika tak sanggup meninggalkan sepenuhnya, 'orang-orang beracun'. Â
Toxic people bagi setiap orang wujudnya bisa berbeda. Sering pula orang-orang toksik ini adalah mereka yang tak bisa serta merta kita buang jauh dari kehidupan, misal orang tua, saudara kandung, pasangan, atasan, rekan kerja, tetangga dekat.
Maka reward bagi diri sendiri yang bisa kita berikan adalah ambil kesempatan sebanyak kita bisa untuk menghindari pengaruh mereka. Dengan cara bagaimana, anda sendiri yang lebih paham kondisinya.
Gampangnya, bila anda sudah menganggap seseorang itu toksik, maka abaikan ucapan dan sikapnya, lakukan sesuai yang anda yakini lebih baik.Â
Atau bila yang mereka sampaikan itu ternyata benar namun anda belum bisa melaksanakan, kerjakan saja sebisanya. Dengan keyakinan, setahap demi setahap anda juga akan meraih kondisi ideal.
Selebihnya, menurut saya pribadi, toxic people hanya akan berada di atas angin bila kita masih dalam posisi lemah, menggantungkan diri pada mereka, belum melakukan pembuktian apa-apa.
Coba kalau kita mandiri, terlihat tangguh, punya pencapaian, sudah tentu kebanyakan orang di sekitar kita akan salut, atau malah ganti terintimidasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H