Terdesak oleh serangan Jeng Amba yang agresif, ayang Bisma menjadi salah tingkah dan mengucur keringat dingin di wajahnya, tapi dia berusaha sekuat tenaga menguasai dirinya.
“Dengarkan aku Jeng Amba, aku sudah bersumpah bahwa seumur hidup tidak akan menikah dan hingga mati aku akan menepati sumpahku itu. Sudahi saja perasaanmu itu karena akan sia-sia”.
“Hmmm .. I see. Ayang Bisma, I respect dengan sumpahmu itu, but please .. tolong akui bahwa kamu juga ada heart sama aku .. pleaseee .. Cuma pengakuanmu itu yang aku butuhkan”.
Ayang Bisma semakin panik, keringetan dan gemeteran.
“Jeng Amba, aku tidak punya perasaan apa-apa terhadapmu”.
“Ayaaang, please .. admit it. Lets get lost together, kita kawin lari saja. Atau kalau pun aku menikah with Raja, tapi jika aku tahu you punya heart ke aku, maka aku akan tenang .. please .. please ...please ...”. Desak Jeng Amba sambil mendekati ayang Bisma.
Perasaan panik ayang Bisma semakin menjadi-jadi.
“Jeng Amba, tolong tahan diri, aku tidak bisa ...”
“Ayaaaaang .. please please please please ...” Rengek Jeng Amba hampir menangis sambil tangannya menarik-narik tangan ayang Bisma yang basah, penuh dengan keringat dingin.
Ayang Bisma yang tidak pernah bisa melihat wanita menangis menjadi bertambah panik dan bingung harus berbuat apa. Namun, tiba-tiba di tengah kepanikannya, dia merentangkan busur dan anak panah yang berada di tangannya kepada Jeng Amba.
“Jeng Amba .. back off. Tolong mundur, aku tidak ingin ada yang terluka. Kamu harus menahan diri”. Seru Ayang Bisma dengan tegas, walaupun di lubuk hatinya penuh dengan keraguan.
“Ayaaang, apa yang kamu lakukan. Please jangan lakukan itu. I tahu perasaanmu padaku juga sama”.
“Tidak, aku tidak punya perasaan apa-apa. Tolong mundur, aku tidak ingin kamu terluka”. Tegas ayang Bisma.
“Ayang ... kamu sudah melukai my heart, so jangan ragu kalau mau melukai tubuhku”. Tantang Jeng Amba nekat.
“Tolong mundur .. munduuurrrr!!!” Bentak Ayang Bisma.
Prince Bisma pun semakin merentangkan busurnya dengan cermat, walau kakinya sedikit demi sedikit mundur melihat Jeng Amba malah nekat mendekatinya.
“Jeng Amba, Munduuuur!!!”
“No, sampai kamu mengakui perasaanmu”
“Aku serius akan melepas anak panah ini!!”
“Go ahead, aku tidak takut”.
“Back off!!!”