Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isra Miraj dan Pesan Toleransi dalam Shalat

27 Januari 2025   15:46 Diperbarui: 27 Januari 2025   15:46 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi literasi toleransi. (KOMPAS/DIDIE SW)

Perjalanan Isra Miraj dan shalat, bukan hanya ritual, tapi juga pesan toleransi dalam keberagaman.

Kisah Isra Miraj sering diceritakan sebagai rangkaian peristiwa ajaib, perjalanan kilat Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik menembus langit hingga Sidratul Muntaha. 

Namun, jika kita hanya terpaku pada aspek keajaiban fisiknya saja, kita bisa kehilangan esensi pesan yang terkandung di dalamnya. 

Isra Miraj, menurut saya, adalah sebuah perjalanan spiritual yang dirancang untuk membuka mata hati Nabi Muhammad, dan kita sebagai umatnya, tentang pentingnya menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi toleransi.

Dalam perjalanan agung itu, Nabi Muhammad tidak hanya melihat tanda-tanda kebesaran Allah, tapi juga berinteraksi dengan para nabi terdahulu. 

Pertemuannya dengan Nabi Musa, Nabi Isa, dan nabi-nabi lainnya, bukanlah sekadar pertemuan biasa. 

Ini adalah pengakuan eksplisit dari Allah SWT bahwa ajaran yang dibawa oleh para nabi sebelum Muhammad juga berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah Yang Maha Esa. 

Ini adalah fondasi penting dari multikulturalisme dalam Islam, yaitu mengakui dan menghormati kebenaran yang ada dalam tradisi agama lain.

Simbol Multikulturalisme dalam Isra Miraj

Coba kita bayangkan momen ketika Nabi Muhammad shalat bersama para nabi terdahulu di Masjidil Aqsa. Masjid yang kala itu merupakan tempat suci bagi umat Yahudi dan Nasrani. 

Nabi Muhammad, pemimpin agama Islam, justru memilih tempat yang memiliki nilai sejarah dan spiritual bagi agama lain untuk melaksanakan shalat bersama. 

Ini adalah simbol yang sangat kuat tentang penghormatan terhadap tempat ibadah dan tradisi keagamaan lain. 

Peristiwa ini, menurut saya, ingin mengajarkan kepada kita bahwa Islam tidak datang untuk menghapus jejak agama-agama sebelumnya, melainkan untuk melanjutkan dan menyempurnakan risalah ketauhidan yang telah dibawa oleh para nabi terdahulu. 

Isra Miraj dalam konteks ini, menjadi semacam deklarasi bahwa Islam mengakui adanya kesinambungan risalah kenabian, dan menghargai kontribusi para nabi sebelum Nabi Muhammad dalam membimbing umat manusia menuju jalan kebenaran. 

Ini adalah esensi dari multikulturalisme, yaitu mengakui keberagaman jalan spiritual, namun tetap berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan universal.

Shalat Tak Hanya Ritual, Tapi Sebuah Latihan Toleransi Sehari-hari

Seringkali kita menganggap shalat hanya sebagai kewajiban ritual, serangkaian gerakan dan bacaan yang harus dilakukan lima kali sehari. 

Memang benar, shalat adalah ibadah vertikal, hubungan langsung antara hamba dengan Tuhannya. Namun, jika kita melihat lebih dalam, shalat juga memiliki dimensi horizontal yang sangat kuat, yaitu dimensi sosial dan toleransi.

Salah satu contoh paling nyata adalah ucapan salam di akhir shalat. "Assalamu'alaikum warahmatullah." Ucapan yang ditujukan ke kanan dan ke kiri ini, bukan hanya sekadar formalitas penutup ibadah.  

Lebih dari itu, salam adalah doa, harapan, dan deklarasi perdamaian yang kita sebarkan kepada lingkungan sekitar kita. Dan "lingkungan sekitar" dalam konteks ini, tidak terbatas hanya pada jamaah shalat di masjid, atau sesama Muslim saja. 

Salam dalam shalat adalah pesan perdamaian universal, yang ditujukan kepada semua makhluk Allah, tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang apapun.

Menyebarkan Kedamaian Tanpa Batas Agama

Ucapan salam dalam shalat menurut saya, adalah manifestasi nyata dari toleransi eksternal dalam Islam, seperti yang disebutkan dalam artikel yang kita bahas sebelumnya.  

Kita diajarkan untuk menebarkan kedamaian kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang mungkin berbeda keyakinan dengan kita. 

Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya berbuat baik kepada tetangga, kerabat, dan bahkan orang asing, tanpa memandang agama mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, implementasi salam ini bisa sangat beragam.  

Mulai dari senyum ramah kepada orang yang kita temui di jalan, membantu tetangga yang sedang kesulitan, hingga berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. 

Intinya, shalat melatih kita untuk menjadi individu yang inklusif, yang selalu berusaha menciptakan harmoni dan kedamaian di lingkungan sekitar, tanpa membeda-bedakan latar belakang agama.

Sumber Inspirasi Toleransi dalam Ajaran Islam

Pesan toleransi yang terkandung dalam Isra Miraj dan shalat ini, tentu saja, bukan muncul begitu saja. Semua ini berakar pada ajaran Al-Quran, kitab suci umat Islam, yang penuh dengan ayat-ayat yang menyerukan toleransi, persaudaraan, dan keadilan.

Surat Al-Kafirun misalnya, seringkali dikutip sebagai ayat yang paling gamblang menjelaskan prinsip toleransi beragama dalam Islam. 

Ayat "Lakum dinukum wa liyadin" (Untukmu agamamu, dan untukku agamaku) adalah penegasan yang sangat jelas tentang kebebasan beragama. 

Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk tidak mencampuradukkan akidah, namun bukan berarti menjauhi atau memusuhi pemeluk agama lain.

Ayat ini menurut saya, adalah deklarasi tentang kemerdekaan setiap individu untuk memilih jalan spiritualnya masing-masing. 

Islam tidak memaksakan keyakinan kepada siapapun, dan juga tidak menghalangi siapapun untuk menjalankan keyakinannya. 

Prinsip ini sangat penting dalam konteks multikulturalisme, di mana kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki keyakinan dan tradisi yang berbeda. 

Toleransi, dalam hal ini, berarti menghormati hak setiap individu untuk beragama atau tidak beragama, tanpa diskriminasi atau paksaan.

Relevansi Toleransi di Era Digital dan Global

Di era digital dan global seperti sekarang ini, pesan toleransi yang terkandung dalam Isra Miraj dan shalat justru semakin relevan. 

Dunia kita semakin terhubung, namun anehnya, juga semakin terpecah belah. Perbedaan agama, budaya, dan pandangan seringkali menjadi sumber konflik dan perpecahan. 

Di tengah tantangan ini, ajaran Islam tentang toleransi, yang tercermin dalam Isra Miraj dan shalat, bisa jadi solusi yang sangat dibutuhkan.

Nilai-nilai seperti menghormati perbedaan, menyebarkan kedamaian, menjunjung tinggi kebebasan beragama, dan membangun jembatan dialog antar peradaban, adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih harmonis dan berkelanjutan. 

Isra Miraj dan shalat, bukan hanya ibadah ritual, tapi juga sumber inspirasi dan panduan praktis untuk membangun masyarakat multikultural yang damai dan sejahtera.

Kesimpulan

Jadi, saya ingin mengajak saudara sekalian untuk merenungkan kembali, betapa dalam dan luasnya pesan toleransi yang terkandung dalam ajaran Islam.  

Melalui peristiwa Isra Miraj dan ibadah shalat, umat Muslim tak hanya diajarkan untuk taat secara ritual, tapi juga menjadi agen perdamaian dan persaudaraan di tengah keragaman Indonesia dan dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun