Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isra Miraj dan Pesan Toleransi dalam Shalat

27 Januari 2025   15:46 Diperbarui: 27 Januari 2025   15:46 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi literasi toleransi. (KOMPAS/DIDIE SW)

Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya berbuat baik kepada tetangga, kerabat, dan bahkan orang asing, tanpa memandang agama mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari, implementasi salam ini bisa sangat beragam.  

Mulai dari senyum ramah kepada orang yang kita temui di jalan, membantu tetangga yang sedang kesulitan, hingga berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. 

Intinya, shalat melatih kita untuk menjadi individu yang inklusif, yang selalu berusaha menciptakan harmoni dan kedamaian di lingkungan sekitar, tanpa membeda-bedakan latar belakang agama.

Sumber Inspirasi Toleransi dalam Ajaran Islam

Pesan toleransi yang terkandung dalam Isra Miraj dan shalat ini, tentu saja, bukan muncul begitu saja. Semua ini berakar pada ajaran Al-Quran, kitab suci umat Islam, yang penuh dengan ayat-ayat yang menyerukan toleransi, persaudaraan, dan keadilan.

Surat Al-Kafirun misalnya, seringkali dikutip sebagai ayat yang paling gamblang menjelaskan prinsip toleransi beragama dalam Islam. 

Ayat "Lakum dinukum wa liyadin" (Untukmu agamamu, dan untukku agamaku) adalah penegasan yang sangat jelas tentang kebebasan beragama. 

Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk tidak mencampuradukkan akidah, namun bukan berarti menjauhi atau memusuhi pemeluk agama lain.

Ayat ini menurut saya, adalah deklarasi tentang kemerdekaan setiap individu untuk memilih jalan spiritualnya masing-masing. 

Islam tidak memaksakan keyakinan kepada siapapun, dan juga tidak menghalangi siapapun untuk menjalankan keyakinannya. 

Prinsip ini sangat penting dalam konteks multikulturalisme, di mana kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki keyakinan dan tradisi yang berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun