Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ironi Makam Palsu, Bisnis Berkedok Spiritual

25 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 25 Januari 2025   14:36 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ziarah kubur. (KOMPAS/DIDIE SW)

Makam palsu di Jawa, mengungkap ironi spiritualitas yang tergerus bisnis wisata religi dan kepentingan sesaat.

Bahas soal makam keramat, awalnya mungkin terdengar mistis atau bahkan sedikit seram. 

Tapi, kalau kita telusuri lebih dalam, fenomena makam keramat palsu ini ternyata menyimpan cerita yang lebih kompleks, bahkan cenderung menggelitik.  

Ini bukan sekadar soal kepercayaan atau dunia gaib, tapi juga soal bagaimana spiritualitas itu sendiri bisa jadi lahan bisnis yang subur, terutama di pulau Jawa.

Jawa dan Magnet Wisata Religi

Pulau Jawa, memang punya daya tarik wisata religi yang luar biasa.  

Kita punya jejak para wali, makam-makam tokoh agama, petilasan bersejarah, yang semua itu menjadi magnet bagi jutaan peziarah setiap tahunnya.  

Ziarah bukan cuma sekadar ritual agama, tapi sudah jadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat kita.  Orang datang bukan hanya untuk berdoa, tapi juga mencari ketenangan, inspirasi, atau bahkan keberuntungan.

Di tengah ramainya wisata religi ini, muncul fenomena yang cukup mengusik, yaitu makam keramat palsu. 

Seperti diungkap Tirto.id, pembongkaran makam-makam palsu di berbagai daerah, seperti Ngawi dan Mojokerto, justru menegaskan bahwa wisata religi ini sudah jadi primadona bisnis di Jawa. 

Ini bukan lagi sekadar tentang kekhusyukan atau spiritualitas murni, tapi sudah ada sentuhan kalkulasi ekonomi di dalamnya.

Dari Mimpi hingga Mesin Uang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun