Makam palsu di Jawa, mengungkap ironi spiritualitas yang tergerus bisnis wisata religi dan kepentingan sesaat.
Bahas soal makam keramat, awalnya mungkin terdengar mistis atau bahkan sedikit seram.Â
Tapi, kalau kita telusuri lebih dalam, fenomena makam keramat palsu ini ternyata menyimpan cerita yang lebih kompleks, bahkan cenderung menggelitik. Â
Ini bukan sekadar soal kepercayaan atau dunia gaib, tapi juga soal bagaimana spiritualitas itu sendiri bisa jadi lahan bisnis yang subur, terutama di pulau Jawa.
Jawa dan Magnet Wisata Religi
Pulau Jawa, memang punya daya tarik wisata religi yang luar biasa. Â
Kita punya jejak para wali, makam-makam tokoh agama, petilasan bersejarah, yang semua itu menjadi magnet bagi jutaan peziarah setiap tahunnya. Â
Ziarah bukan cuma sekadar ritual agama, tapi sudah jadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat kita. Â Orang datang bukan hanya untuk berdoa, tapi juga mencari ketenangan, inspirasi, atau bahkan keberuntungan.
Di tengah ramainya wisata religi ini, muncul fenomena yang cukup mengusik, yaitu makam keramat palsu.Â
Seperti diungkap Tirto.id, pembongkaran makam-makam palsu di berbagai daerah, seperti Ngawi dan Mojokerto, justru menegaskan bahwa wisata religi ini sudah jadi primadona bisnis di Jawa.Â
Ini bukan lagi sekadar tentang kekhusyukan atau spiritualitas murni, tapi sudah ada sentuhan kalkulasi ekonomi di dalamnya.