Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dampak Global Kebijakan Trump dan Perubahan Iklim

24 Januari 2025   18:00 Diperbarui: 24 Januari 2025   13:13 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi krisis dana guna melawan pemanasan global pasca keluarnya Amerika Serikat. (KOMPAS/HERYUNANTO)

Trump tarik AS dari perjanjian iklim, dana dunia terancam, Indonesia hadapi krisis sendirian. Bagaimana dunia bertahan?

Ketika Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada 2025, dunia tidak siap. 

Bukan hanya karena Trump adalah orang yang kontroversial, tetapi juga karena kita tahu bahwa salah satunya keputusannya adalah menarik AS dari Perjanjian Paris. 

Tindakan ini seakan menghapus harapan banyak negara dalam perjuangan melawan perubahan iklim. Di saat bumi sedang berteriak minta tolong, kebijakan seperti ini seperti menolak kenyataan. 

Keputusan ini memberi tantangan besar bagi dunia, terutama bagi negara berkembang yang sementara berjuang keras melawan perubahan iklim.

Penurunan Komitmen dan Ketidakpastian Keuangan Global

Waktu Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris di tahun 2017, banyak negara yang jadi bingung dan kecewa banget. 

Bayangin aja, Amerika itu kan salah satu negara yang paling banyak menghasilkan emisi di dunia, jadi perannya penting banget dalam usaha kita buat mengurangi dampak perubahan iklim global. 

Nah, seperti yang dijelasin Center for Strategic and International Studies (CSIS), tindakan Amerika ini menunjukkan seolah-olah negara yang punya pengaruh paling besar di dunia itu tidak siap buat bertanggung jawab dalam mengatasi masalah perubahan iklim.

Tahun 2025, Trump kepilih lagi dan ngelakuin hal yang sama persis. Wah, dunia pasti menghadapi tantangan yang jauh lebih berat lagi. 

Salah satu dampaknya itu adalah ketidakpastian soal duit, terutama buat negara-negara berkembang. 

Soalnya, ada yang namanya Green Climate Fund (GCF), semacam wadah yang dibentuk buat bantuin negara-negara berkembang menghadapi dampak perubahan iklim. 

Nah, GCF ini sangat bergantung sama sumbangan dari negara-negara besar, salah satunya ya Amerika Serikat itu. 

Jadi, kalau Amerika nggak nyumbang lagi, dana buat negara-negara yang paling kena dampak, termasuk Indonesia, pasti bakal terancam.

Mengapa Pendanaan Ini Penting?

Jika uang dari negara-negara besar kayak Amerika Serikat itu lancar ngalir, negara-negara berkembang seperti Indonesia jadi lebih siap buat ngadepin dampak perubahan iklim. 

Tapi, kebayang nggak sih kalau mereka nggak nyumbang? Wah, krisis ini bisa makin parah. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, itu kan punya risiko besar banget gara-gara perubahan iklim. 

Mulai dari banjir yang makin sering terjadi, sampai ancaman kekeringan yang berkepanjangan.

Tanpa bantuan duit yang cukup, transisi ke energi terbarukan dan adaptasi terhadap perubahan iklim itu bakal makin susah. 

Contohnya, Indonesia butuh investasi gede banget di sektor energi terbarukan dan infrastruktur hijau. 

Tapi, kalau dana dari negara-negara maju berkurang, ya Indonesia bakal kesulitan buat memenuhi kebutuhan itu. 

Ibaratnya, kita mau bangun rumah yang tahan banjir, tapi duit buat beli bahan-bahannya kurang, kan susah jadinya.

Selain itu, penarikan Amerika Serikat ini juga berdampak sama kelanjutan kerjasama internasional dalam hal teknologi energi terbarukan. 

Soalnya, tanpa kepemimpinan dari Amerika, negara-negara berkembang kayak Indonesia mungkin bakal kesulitan buat dapetin akses ke teknologi terbaru untuk energi bersih. 

Padahal, teknologi ini penting banget buat nurunin emisi karbon dan mempercepat transisi menuju ekonomi yang lebih ramah lingkungan. 

Bayangin aja, kita mau beralih dari motor bensin ke motor listrik, tapi teknologi motor listriknya belum tersedia atau susah dijangkau, kan jadi sulit juga.

Indonesia Menghadapi Krisis Iklim dengan Sendirian?

Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan dan hidup bersama gunung api, posisinya ada di garis depan, paling duluan ngerasain dampak perubahan iklim. Sekarang, kita lagi di situasi yang genting. 

Kita udah ngerasain sendiri kan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari? 

Misalnya, banjir rob yang sering banget di Jakarta, kebakaran hutan yang parah di Kalimantan dan Sumatra, longsor di daerah-daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, terus juga ancaman naiknya permukaan laut yang bisa bikin ribuan pulau kita tenggelam. 

Makanya, Indonesia butuh banget bantuan dari negara lain, terutama soal duit, teknologi, dan pengetahuan.

Tapi, masalahnya, kalau Amerika Serikat mundur, negara kayak Indonesia nggak bisa cuma ngandelin bantuan dari luar aja. 

Kita harus cari cara sendiri buat mempercepat peralihan ke energi bersih dan beradaptasi sama dampak perubahan iklim yang makin terasa. 

Pemerintah juga udah mulai ambil langkah-langkah penting, contohnya dengan mendorong penggunaan energi terbarukan dan ngajak pihak swasta buat ikut biayain proyek-proyek ramah lingkungan. 

Tapi, supaya bisa mencapai target-target iklim yang ambisius itu, kita butuh kerjasama yang lebih besar lagi dengan negara-negara maju lainnya.

Tanpa Trump, Apakah Ada Harapan?

Walau keputusan Trump bikin khawatir, ada hal positif yang bisa dilihat. Perubahan iklim itu masalah dunia, butuh kerja sama antar negara. 

Tanpa Amerika Serikat, negara seperti Uni Eropa, China, dan India sekarang ambil alih pimpinan dalam aksi iklim. 

Contohnya, Uni Eropa tetap komitmen pada Perjanjian Paris walau Amerika keluar. Ini bukti dunia tetap bergerak meski Amerika mundur.

Tapi, cara tiap negara besar ini beda. Uni Eropa fokus pada kebijakan iklim yang kuat dan kasih dana buat negara berkembang. 

China lebih fokus pada teknologi dan investasi energi terbarukan. Ini bisa bagus buat negara berkembang karena dapat akses teknologi, tapi tetap tidak bisa ganti peran Amerika kasih dana iklim.

Sebaliknya, walau Amerika mundur, negara berkembang harus tetap jalan. 

Indonesia contohnya, harus lebih aktif dalam diplomasi iklim dunia, kerja sama dengan negara seperti India dan Brasil yang juga punya masalah serupa. 

Kerja sama antar negara berkembang ini penting buat bikin solusi yang lebih merata dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Keputusan Trump untuk menarik AS keluar dari Perjanjian Paris pada 2025 adalah langkah mundur yang memprihatinkan. Namun, kita tidak bisa menyerah begitu saja. 

Perubahan iklim adalah masalah yang tak mengenal batas negara. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, harus lebih dari sekadar mengandalkan negara besar seperti AS. 

Ini saatnya bagi kita untuk memperkuat diplomasi iklim, mempercepat transisi energi terbarukan, dan menggalang kerjasama antarnegara berkembang untuk mencapai solusi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. 

Kita harus berpikir jangka panjang, dengan mengingat bahwa perjuangan ini tidak hanya untuk kita, tetapi untuk generasi mendatang.

***

Referensi:

  • (Kompas, 2025) . AS Keluar Perjanjian Paris, Pendanaan Transisi Energi RI Bisa Terganggu. Lestari Kompas . Retrieved from [https: //lestari. kompas. com/read/2025/01/23/110000186/as-keluar-perjanjian-paris-pendanaan-transisi-energi-ri-bisa-terganggu]
  • (Time, 2023) . What Happened the Last Time Trump Withdrew From the Paris Agreement. Time . Retrieved from [https: //time. com/7208955/trump-paris-climate-agreement-withdraw-impact/]
  • (AP News, 2023) . European Leaders at Davos Vow to Stick to Paris Agreement. AP News . Retrieved from [https: //apnews. com/article/davos-paris-agreement-climate-change-trump-5dc52accc69761277759c19864073c67]
  • (World Bank, 2023) . Indonesia Country Climate and Development Report . World Bank. Retrieved from [https: //www. worldbank. org/en/country/indonesia/publication/indonesia-country-climate-and-development-report]
  • (Kompas, 2025) . Trump Tarik AS dari Perjanjian Paris, Investasi Hijau Bisa Lari ke Negara Lain. Lestari Kompas . Retrieved from [https: //lestari. kompas. com/read/2025/01/23/090000686/trump-tarik-as-dari-perjanjian-paris-investasi-hijau-bisa-lari-ke-negara]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun