Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Etika Pengawalan Patwal RI 36 yang Perlu Dibenahi

12 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 11 Januari 2025   17:18 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar video aksi patwal saat mengawal mobil RI 36 yang viral di media sosial. (Tangkapan layar Instagram @PMI_Official via KOMPAS.COM)

Kehebohan pengawalan mobil RI 36 menimbulkan pertanyaan soal penyalahgunaan fasilitas negara dan arogansi petugas.

Pada 9 Januari 2025, Jakarta kembali diguncang oleh sebuah insiden yang menyita perhatian publik. 

Sebuah mobil berpelat RI 36, yang diketahui milik selebritas Raffi Ahmad, mendapat pengawalan dari petugas patwal meski sang pemilik tidak berada di dalam mobil saat kejadian. 

Pengawalan yang berlangsung di tengah kemacetan jalan Sudirman-Jalan MH Thamrin ini pun memicu reaksi keras dari masyarakat. 

Tindakan patwal yang dinilai arogan dan pengawalan yang dianggap tak wajar menimbulkan pertanyaan. 

Mengapa mobil RI 36 harus dikawal meski tidak ada pejabat di dalamnya? Apakah ini wajar? Atau apakah ini menunjukkan adanya penyalahgunaan fasilitas negara yang digunakan untuk kepentingan pribadi?

Mengapa Pengawalan Patwal Diperlukan?

Sebagai warga negara yang sering terjebak macet di berbagai kota, kita pasti paham betapa pentingnya pengawalan untuk memastikan perjalanan pejabat negara bisa berjalan lancar dan tanpa hambatan. 

Namun, apakah pengawalan tersebut tetap sah ketika pejabat yang bersangkutan tidak ada di dalam kendaraan? 

Pertanyaan ini muncul setelah kejadian yang melibatkan Raffi Ahmad, yang mengklarifikasi bahwa ia tidak berada di dalam mobil saat patwal mengawal mobil RI 36. 

Menurut artikel dari detikNews, Raffi Ahmad menyatakan bahwa ia tidak ada di dalam mobil tersebut, namun pengawalan tetap dilakukan oleh patwal karena kondisi kemacetan yang terjadi akibat truk yang berhenti dan pengemudi taksi yang berusaha menghindar.

Sebenarnya, pengawalan patwal untuk kendaraan pejabat adalah hal yang sah jika dilakukan dengan alasan keamanan atau dalam situasi mendesak. 

Namun, ketika kendaraan tersebut tidak mengangkut pejabat, kita harus mempertanyakan apakah pengawalan itu benar-benar diperlukan, apalagi jika hanya untuk menghindari kemacetan atau untuk mempermudah perjalanan pribadi seseorang. 

Dalam konteks ini, ada kekhawatiran bahwa fasilitas negara bisa disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap masyarakat umum.

Penyalahgunaan Fasilitas Negara atau Cuma Kebetulan?

Insiden ini semakin memicu perdebatan tentang penyalahgunaan fasilitas negara oleh pejabat atau orang yang memiliki akses terhadap fasilitas tersebut. 

Banyak netizen yang mulai bertanya-tanya: Mengapa sebuah mobil berpelat nomor RI, yang seharusnya dikawal hanya saat pejabat negara benar-benar membutuhkan pengamanan, justru mendapat perlakuan istimewa meski Raffi Ahmad tidak ada di dalamnya? 

Hal ini membangkitkan kembali pertanyaan tentang apakah fasilitas negara sering digunakan untuk tujuan pribadi, alih-alih untuk kepentingan umum.

Menurut Kompas.com, petugas patwal yang mengawal mobil RI 36 kemudian mendapat kritik karena dianggap arogan saat melerai kemacetan yang terjadi di lokasi. 

Apakah ini mencerminkan buruknya pengelolaan sumber daya negara yang seharusnya lebih fokus pada kepentingan publik daripada kenyamanan segelintir orang? 

Kita tahu bahwa fasilitas seperti pengawalan patwal adalah bagian dari hak pejabat negara, namun bagaimana jika fasilitas tersebut digunakan oleh orang yang tidak berhak atau untuk kepentingan yang tidak mendesak?

Efisiensi dan Prioritas Penggunaan Sumber Daya Negara

Penggunaan sumber daya negara, termasuk pengawalan patwal, harus selalu berbasis pada kebutuhan yang jelas dan mendesak. 

Dalam hal ini, kita perlu bertanya: Apakah patwal yang mengawal mobil RI 36 benar-benar diperlukan? 

Jika tidak ada pejabat negara yang berada di dalam mobil, apakah pengawalan tersebut merupakan penggunaan sumber daya negara yang efisien? 

Hal ini sangat penting untuk dipertimbangkan karena setiap pengeluaran dan penggunaan fasilitas negara harus dipertanggungjawabkan kepada publik.

Dalam hal ini, kita harus melihat apakah tindakan pengawalan tersebut semata-mata untuk menjaga kelancaran lalu lintas, ataukah ada kepentingan pribadi yang lebih besar di baliknya. 

Apakah ini hanya masalah "mempermudah" perjalanan atau justru ada maksud tertentu yang lebih besar, yang tidak seharusnya dilakukan dengan menggunakan fasilitas negara?

Arogansi Petugas Patwal: Pelanggaran Etika dan Profesionalisme

Bukan hanya soal pengawalan yang patut dipertanyakan, tetapi juga tentang bagaimana petugas patwal menanggapi situasi di lapangan. 

Seperti yang dilaporkan oleh Kompas.tv, petugas patwal yang terlibat dalam insiden ini sempat ditegur karena sikapnya yang dianggap arogan saat menanggapi pengemudi taksi yang berusaha menghindar dari kemacetan. 

Arogansi dalam penegakan hukum adalah hal yang tidak dapat dibenarkan, terlebih lagi jika itu terjadi di tengah situasi yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang lebih humanis.

Perilaku arogan petugas patwal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu dibenahi dalam prosedur pengawalan dan etika profesi petugas negara. 

Petugas patwal memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga ketertiban, namun tindakan intimidatif atau tidak profesional hanya akan merusak citra institusi kepolisian. 

Sebagai masyarakat, kita mengharapkan agar aparat penegak hukum lebih mengutamakan sikap sabar dan profesional dalam menghadapi berbagai situasi di lapangan, tanpa harus mengedepankan sikap kekuasaan atau superioritas.

Pemborosan Sumber Daya dan Ketidaksetaraan Akses

Dalam konteks sosial, insiden ini mencerminkan ketidaksetaraan dalam hal akses terhadap fasilitas negara. 

Banyak warga negara yang harus berjuang menghadapi kemacetan dan kesulitan dalam perjalanan sehari-hari, namun mereka tidak memiliki akses terhadap fasilitas negara seperti yang didapatkan oleh orang-orang berstatus tertentu. 

Inilah yang menambah kekecewaan masyarakat terhadap elit politik dan pejabat negara. 

Ketika fasilitas negara digunakan untuk kepentingan pribadi, masyarakat merasa bahwa mereka tidak diperlakukan adil.

Sebagai contoh, seorang pengendara sepeda motor atau pengemudi taksi yang berusaha menghindar dari kemacetan harus menghadapi arogansi petugas patwal, sementara orang yang seharusnya tidak berhak mendapatkan perlakuan istimewa malah mendapatkan pengawalan. 

Ini adalah realita sosial yang menggambarkan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya negara.

Kesimpulan

Insiden pengawalan mobil RI 36 milik Raffi Ahmad mengingatkan kita pada pentingnya penggunaan fasilitas negara yang efisien dan adil. 

Pengawalan patwal harus dilakukan dengan dasar yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan mendesak, bukan untuk memperlancar perjalanan pribadi atau kenyamanan segelintir orang. 

Perilaku arogan petugas patwal juga menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam etika dan prosedur pengawalan. 

Ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk merenung: Apakah fasilitas negara sudah digunakan dengan bijaksana dan untuk kepentingan yang benar-benar membutuhkan? 

Ataukah kita terus memberikan fasilitas ini untuk mereka yang memiliki kekuasaan atau status tertentu? Sebuah refleksi yang patut dipikirkan oleh kita semua.

*** 

Referensi:

  • Kompas. (2025, January 9). Mobil RI 36 dikawal patwal arogan, anggota Polda Metro Jaya polisi minta maaf. Kompas. https: //video.kompas.com/watch/1818107/mobil-ri-36-dikawal-patwal-arogan-anggota-polda-metro-jaya-polisi-minta-maaf
  • Kompas.tv. (2025, January 9). Fakta-fakta mobil RI 36 dikawal patwal arogan, siapa pemiliknya? Kompas.tv. https: //www.kompas.tv/nasional/566276/fakta-fakta-mobil-ri-36-dikawal-patwal-arogan-siapa-pemiliknya
  • Detik. (2025, January 9). Raffi Ahmad mengaku tak berada di mobil RI 36 saat heboh dikawal patwal. Detik. https: //news.detik.com/berita/d-7727974/raffi-ahmad-mengaku-tak-berada-di-mobil-ri-36-saat-heboh-dikawal-patwal

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun