Banyak warga negara yang harus berjuang menghadapi kemacetan dan kesulitan dalam perjalanan sehari-hari, namun mereka tidak memiliki akses terhadap fasilitas negara seperti yang didapatkan oleh orang-orang berstatus tertentu.Â
Inilah yang menambah kekecewaan masyarakat terhadap elit politik dan pejabat negara.Â
Ketika fasilitas negara digunakan untuk kepentingan pribadi, masyarakat merasa bahwa mereka tidak diperlakukan adil.
Sebagai contoh, seorang pengendara sepeda motor atau pengemudi taksi yang berusaha menghindar dari kemacetan harus menghadapi arogansi petugas patwal, sementara orang yang seharusnya tidak berhak mendapatkan perlakuan istimewa malah mendapatkan pengawalan.Â
Ini adalah realita sosial yang menggambarkan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya negara.
Kesimpulan
Insiden pengawalan mobil RI 36 milik Raffi Ahmad mengingatkan kita pada pentingnya penggunaan fasilitas negara yang efisien dan adil.Â
Pengawalan patwal harus dilakukan dengan dasar yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan mendesak, bukan untuk memperlancar perjalanan pribadi atau kenyamanan segelintir orang.Â
Perilaku arogan petugas patwal juga menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam etika dan prosedur pengawalan.Â
Ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk merenung: Apakah fasilitas negara sudah digunakan dengan bijaksana dan untuk kepentingan yang benar-benar membutuhkan?Â
Ataukah kita terus memberikan fasilitas ini untuk mereka yang memiliki kekuasaan atau status tertentu? Sebuah refleksi yang patut dipikirkan oleh kita semua.
***Â