Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hukum 10.000 Jam dan Realita Kesuksesan

27 Desember 2024   17:26 Diperbarui: 30 Desember 2024   19:30 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ambil contoh seorang musisi yang memiliki bakat luar biasa. Jika dia tidak bisa memasarkan dirinya dengan baik, maka pengakuan yang diharapkan mungkin sulit dicapai. 

Ilustrasi jam pasir dan buku terbuka, simbol waktu dan pengetahuan dalam belajar. (Gambar diolah dengan SuperAI).
Ilustrasi jam pasir dan buku terbuka, simbol waktu dan pengetahuan dalam belajar. (Gambar diolah dengan SuperAI).

Di sinilah konsep personal branding menjadi sangat relevan. Dalam konteks Indonesia, kita sering melihat banyak talenta yang terabaikan hanya karena mereka tidak memiliki jaringan yang kuat atau tidak tahu cara mempromosikan diri.

Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan tidak hanya bergantung pada kemampuan teknis, tetapi juga pada bagaimana seseorang dapat menjalin relasi dan memanfaatkan peluang yang ada. 

Dengan kata lain, kombinasi antara dedikasi, strategi, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain sangat penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Mengapa Kualitas Latihan Penting?

Argumen ini diperkuat oleh penelitian K. Anders Ericsson, yang menegaskan bahwa hukum 10.000 jam tidak bisa dianggap sebagai angka mutlak. 

Menurutnya, kualitas latihan jauh lebih penting daripada sekadar menghitung jumlah jam yang dihabiskan untuk berlatih. Dalam praktiknya, tidak semua orang yang mencapai kesuksesan harus menghabiskan waktu sebanyak itu. 

Contohnya, seorang atlet mungkin hanya perlu berlatih selama 5.000 jam, asalkan latihan tersebut terfokus dan berkualitas. Ini menunjukkan bahwa bukan hanya berapa lama kita berlatih yang menentukan hasil akhir, tetapi juga bagaimana kita melakukannya (Miller, 2022).

Selain itu, kita juga tidak bisa mengabaikan faktor eksternal yang berpengaruh besar terhadap kesuksesan, seperti lingkungan dan kesempatan. 

Di Indonesia, misalnya, akses terhadap pendidikan dan pelatihan yang baik sangat memengaruhi peluang seseorang untuk berhasil. Banyak individu berbakat yang terhambat oleh kurangnya fasilitas atau dukungan dari lingkungan sekitar. 

Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai kesuksesan, penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung, di mana individu dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun