Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sampai Nanti Hanna: Perempuan, Kebebasan, dan Hubungan Toksik

10 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   16:34 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampai Nanti, Hanna!: Ketika Perempuan “Dipaksa” Memilih Hubungan Toksik (dok. IMDB) 

Film Sampai Nanti, Hanna! menggambarkan pilihan sulit perempuan antara kebebasan dan hubungan toksik

Banyak perempuan menghadapi keputusan besar dalam hidup, terutama dalam hal hubungan dan pernikahan, yang terkadang membawa mereka ke dalam situasi toksik. 

Film Sampai Nanti, Hanna! mengangkat tema ini, menggambarkan kisah seorang perempuan, Hanna, yang menikah dengan Arya untuk melarikan diri dari tekanan ibunya, namun justru terperangkap dalam hubungan penuh kekerasan verbal

Disutradarai oleh Agung Sentausa, film ini menunjukkan realitas ketidakberdayaan perempuan yang harus memilih antara kebebasan dan hubungan yang merugikan. 

Sampai Nanti, Hanna! mengajak kita mencermati tentang kesulitan memilih untuk keluar dari hubungan yang menyakitkan demi kesejahteraan diri.

Pilihan yang Sulit: Kebebasan atau Kekerasan?

Di Indonesia, banyak perempuan yang merasa bahwa menikah adalah jalan keluar dari tekanan keluarga dan sosial. 

Dalam film ini, Hanna memilih menikah dengan Arya sebagai cara untuk bebas dari dominasi ibunya. Namun, yang terjadi setelahnya adalah kenyataan pahit. 

Pernikahannya malah berujung pada kekerasan verbal dan emosional. 

Dalam banyak kasus, perempuan seperti Hanna terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, karena mereka merasa tak punya pilihan lain. 

Dalam film ini, perasaan terjebak itu sangat terasa, ketika Hanna, meski telah menikah, harus menghadapi kekerasan verbal dari suaminya yang seharusnya menjadi tempat perlindungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun