Mengenal dolce far niente, seni menikmati ketenangan dan kebahagiaan tanpa tekanan produktivitas dalam kehidupan modern.
Sering kita merasa tertekan untuk selalu produktif di tengah kehidupan sehari-hari. Rasanya tiap menit harus dimanfaatkan untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan, baik itu pekerjaan, belajar, atau bahkan aktivitas sosial di media sosial. Namun dalam kesibukan yang menekan ini, ada sebuah konsep berharga yang diajarkan oleh budaya Italia yaitu dolce far niente, atau seni menikmati ketidakproduktifan.
Patrick Star dan Filosofi Dolce Far Niente
Jika Anda pernah menonton SpongeBob SquarePants, mungkin Anda familiar dengan karakter Patrick Star.Â
Dia adalah karakter yang tampaknya tidak melakukan banyak hal, tidak sibuk bekerja atau berpikir jauh tentang masa depan.Â
Namun, keunikan Patrick terletak pada cara dia menikmati hidup. Meskipun tampaknya tidak produktif, Patrick hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan.Â
Ini adalah gambaran nyata dari dolce far niente, yaitu menghabiskan waktu untuk diri sendiri tanpa merasa perlu untuk selalu berbuat sesuatu.
Konsep ini berasal dari budaya Italia, yang sangat menghargai momen santai sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.Â
Dolce far niente mengajarkan bahwa terkadang, kita perlu berhenti sejenak, tidak memikirkan pekerjaan atau tugas yang menumpuk, dan menikmati waktu yang terbuang begitu saja.Â
Dalam masyarakat Italia, ini adalah bagian dari filosofi hidup yang mengutamakan kualitas waktu, bukan kuantitas pekerjaan.
Mindfulness Sebagai Kunci untuk Menikmati Momen Sekarang
Dolce far niente bukanlah sekadar berdiam diri tanpa tujuan.Â
Seperti yang dijelaskan pada laman WomensWorld, konsep ini lebih tentang mindfulness (kesadaran penuh terhadap momen yang sedang dijalani).Â
Dalam publikasi penelitan oleh Long C, yang dimuat Research Gate, Mindfulness dijelaskan sebagai kemampuan untuk sepenuhnya terlibat dengan apa yang sedang kita lakukan, tanpa gangguan dari luar.Â
Dalam konteks dolce far niente, ini berarti menikmati momen tanpa tekanan untuk mencapai sesuatu atau menyelesaikan tugas.
Menurut laman LearnItalianPod, mindfulness yang terintegrasi dengan dolce far niente tidak hanya memberikan rasa ketenangan, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan yang signifikan.Â
Salah satunya adalah pengurangan stres, yang dapat meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.Â
Kita sering tidak menyadari bahwa tubuh kita sedang mengalami ketegangan akibat stres yang berkepanjangan.Â
Oleh karena itu, menyediakan waktu untuk bersantai, seperti yang dilakukan Patrick Star, bukan hanya hal yang menyenangkan, tetapi juga penting bagi kesehatan fisik dan mental kita.
Manfaat Kesehatan dari Bersantai
Salah satu alasan penting mengapa kita harus memberi waktu untuk bersantai adalah manfaat kesehatan yang dapat diperoleh.Â
Berdasarkan laman MaiaConsciousLiving, beristirahat tanpa gangguan teknologi atau pekerjaan dapat menurunkan tekanan darah dan merelaksasi otot yang tegang.Â
Ketika kita terus-menerus berada dalam keadaan terjaga, tubuh kita berisiko mengalami stres kronis yang bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan gangguan tidur.Â
Namun, dengan mengadopsi dolce far niente, kita memberi kesempatan bagi tubuh untuk pulih dan meremajakan diri.
Penting untuk dicatat bahwa bersantai tidak harus selalu berarti tidur atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.Â
Aktivitas yang dapat dilakukan untuk menikmati waktu luang bisa bervariasi.Â
Mulai dari membaca buku yang sudah lama ingin dibaca, berjalan santai di taman, hingga melakukan aktivitas ringan lainnya.Â
Semua itu dapat dianggap sebagai bagian dari dolce far niente yang memiliki dampak positif terhadap kesehatan kita.
Mengapa Budaya Modern Membutuhkan Dolce Far Niente?
Salah satu tantangan terbesar dalam hidup kita saat ini adalah budaya yang mendorong kita untuk selalu sibuk.Â
Banyak dari kita merasa bahwa produktivitas adalah ukuran utama keberhasilan.Â
Dalam dunia yang terhubung secara digital seperti sekarang ini, kita sering kali merasa tidak cukup melakukan sesuatu jika kita tidak terlibat dalam aktivitas yang tampak produktif.Â
Ini adalah pola pikir yang sangat melekat dalam budaya kita, bahkan di Indonesia.
Seperti yang disarankan oleh para ahli, ini adalah pandangan yang perlu kita ubah.Â
Dikutip dari HolisticLifeByKate, Francine Toder, seorang psikolog senior, berpendapat bahwa kita harus memberi diri kita izin untuk berhenti dan menikmati waktu tanpa tekanan produktivitas.Â
Tanpa keseimbangan yang baik antara bekerja dan beristirahat, kita bisa merasa terjebak dalam siklus yang melelahkan.Â
Dolce far niente mengajarkan kita bahwa waktu yang tidak diisi dengan aktivitas produktif bukanlah waktu yang sia-sia.Â
Ini adalah waktu yang sangat berharga, yang membantu kita untuk mengisi kembali energi tubuh dan pikiran kita.
Mencari Keseimbangan dalam Kehidupan
Menerima konsep dolce far niente dalam kehidupan modern bukan berarti kita menanggalkan tanggung jawab kita atau menghindari pekerjaan.Â
Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk menemukan keseimbangan yang sehat antara kewajiban dan waktu untuk diri sendiri.Â
Seperti yang dijelaskan dalam studi pada laman CrystalHills, dengan memberi waktu untuk beristirahat tanpa gangguan, kita bisa menjadi lebih produktif dalam jangka panjang, karena tubuh dan pikiran kita telah diperbarui.
Di Indonesia, sering kali kita menganggap waktu luang sebagai kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang sudah mencapai titik sukses.Â
Padahal, siapa pun berhak untuk menikmati waktu santai tanpa merasa bersalah.Â
Dengan mempraktikkan dolce far niente, kita bisa mulai menghargai waktu untuk diri sendiri, bukan sebagai sesuatu yang terbuang, tetapi sebagai investasi untuk kesejahteraan kita yang lebih baik.
Kesimpulan
Seiring dengan kesibukan kita yang semakin meningkat, kita harus lebih bijak dalam mengatur waktu.Â
Konsep dolce far niente menawarkan cara untuk hidup lebih damai dan bahagia, dengan menghargai momen tanpa produktivitas.Â
Mulai dengan memberi diri kita izin untuk tidak selalu sibuk, menikmati waktu luang, dan menyadari bahwa bersantai bisa membawa manfaat besar bagi tubuh dan pikiran kita.
***
Referensi:
- Long, C. (2023). Dolce far niente and mindfulness. ResearchGate. Diakses dari https: //www. researchgate. net/publication/358502210_Dolce_far_niente_and_mindfulness
- Women's World. (2023). What is dolce far niente? Italian lifestyle of relaxation. Women's World. Diakses dari https: //www. womansworld. com/posts/health/what-is-dolce-far-niente-italian-lifestyle-of-relaxation
- Crystal Hills. (2023). Embracing dolce far niente: The art of doing nothing. Crystal Hills. Diakses dari https: //www. crystalhills. com/embracing-dolce-far-niente-the-art-of-doing-nothing/
- Learn Italian Pod. (2023). 3 sweet doing nothing intermediate. Learn Italian Pod. Diakses dari https: //www. learnitalianpod. com/2006/02/02/3-sweet-doing-nothing-intermediate/
- Maia Conscious Living. (2023). How to embrace il dolce far niente. Maia Conscious Living. Diakses dari  https: //www. maiaconsciousliving. com/the-blog/how-to-embrace-il-dolce-far-niente/
- Holistic Life by Kate. (2019). Let’s cultivate il dolce far niente. Holistic Life by Kate. Diakses dari from https: //holisticlifebykate. com/2019/04/25/lets-cultivate-il-dolce-far-niente/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H