Kasus Suicide Squad seharusnya menjadi pengingat penting bagi pengembang game di seluruh dunia.Â
Nama besar sebuah franchise tidak bisa menjadi tameng untuk menutupi kekurangan game yang gagal memenuhi harapan pemain.
Fenomena ini sebenarnya mirip dengan pola kepercayaan konsumen di Indonesia terhadap merek lokal.Â
Begitu merasa dikecewakan atau dibohongi, konsumen tidak akan ragu untuk beralih ke merek lain yang dianggap lebih baik.Â
Hal yang sama berlaku di industri game.Â
Pemain kini memiliki banyak pilihan, jauh lebih banyak daripada sebelumnya.Â
Jika sebuah game mengecewakan, mereka tidak akan segan meninggalkannya dan memilih pengalaman lain yang lebih memuaskan.
Ke Mana Arah Rocksteady Selanjutnya?
Masa depan Suicide Squad mungkin sulit untuk diselamatkan, tetapi ini bisa menjadi momen refleksi bagi Rocksteady dan industri game secara keseluruhan.Â
Untuk kembali mendapatkan kepercayaan pemain, fokus harus dialihkan pada menciptakan pengalaman bermain yang mendalam dan bermakna, bukan sekadar mengejar keuntungan melalui model monetisasi seperti GaaS.Â
Ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih kritis dalam memilih game. Apakah game ini benar-benar menawarkan hiburan atau hanya jebakan komersial?Â
Pada akhirnya, pertanyaannya adalah, apakah industri game siap berubah untuk memenuhi harapan pemain, atau akan terus menyerah pada godaan keuntungan instan yang mengorbankan kepuasan bermain?