Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

Saat Rocksteady Tersandung Suicide Squad

24 November 2024   18:00 Diperbarui: 24 November 2024   18:04 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi game Suicide Squad (GOODFON.COM/KESHLOOK) 

Bicara soal game, Suicide Squad: Kill The Justice League seharusnya menjadi salah satu rilisan besar tahun 2024. 

Game ini membawa nama besar Rocksteady, studio yang sukses dengan trilogi Batman: Arkham. 

Tapi, kenyataannya? 

Bukannya dapat pujian, mereka justru dihujani kritik. Jumlah pemainnya anjlok hingga 95% dalam waktu kurang dari sebulan. 

Apa yang sebenarnya terjadi?

Warisan Besar yang Tidak Dimanfaatkan

Rocksteady, studio game ternama, telah membuktikan kemampuan mereka melalui seri game Batman: Arkham yang menghadirkan pengalaman bermain penuh aksi dan mendalam. 

Dengan reputasi tersebut, ketika Rocksteady mengumumkan pengembangan game baru berjudul Suicide Squad, harapan publik langsung melonjak. 

Banyak yang menantikan gameplay yang inovatif, cerita yang kuat, dan kualitas tinggi seperti yang telah menjadi ciri khas karya mereka.

Tapi setelah launching, Rocksteady ternyata menerapkan model Games as a Service (GaaS). 

Secara sederhana, ini adalah strategi di mana pengembang game menyediakan konten tambahan secara berkala, biasanya melalui DLC (downloadable content) atau transaksi mikro. 

Tujuan utamanya adalah menjaga game tetap relevan di mata pemain sambil menciptakan sumber pendapatan yang berkelanjutan.

Model ini telah terbukti sukses pada beberapa game besar, seperti Fortnite, yang pada tahun 2020 berhasil menarik hingga 350 juta pemain. 

Namun, pendekatan ini bukan jaminan keberhasilan. 

GaaS menuntut inovasi berkelanjutan dan pengelolaan konten yang matang agar pemain tetap merasa terlibat. 

Sayangnya, Rocksteady tampaknya gagal memenuhi harapan tersebut dalam penerapan model ini.

Kritik Terhadap GaaS dan Efeknya ke Pemain

Masalah utama dari Suicide Squad bukan hanya gameplay yang terasa monoton, tetapi juga ketergantungannya pada transaksi mikro sebagai sumber pendapatan. 

Model ini sering dianggap tidak adil oleh banyak pemain. 

Bayangkan, Anda sudah membayar harga penuh untuk membeli game, tetapi masih harus terus mengeluarkan uang tambahan untuk mengakses fitur-fitur tertentu.

Hal ini bukan hanya merugikan pemain, tetapi juga dapat berdampak negatif pada pengembang. 

Melansir dari laman Global Sources, mengungkapkan bahwa strategi pemasaran game yang terlalu fokus untuk cari uang bisa menjadi bumerang. 

Ketika pemain merasa dieksploitasi, loyalitas mereka terhadap game akan memudar. 

Contoh nyata adalah Marvel’s Avengers, sebuah game dengan pendekatan serupa yang berujung pada kegagalan komersial.

Dampaknya pun serius. Pendekatan seperti ini merusak kepercayaan pemain terhadap waralaba besar. 

Bahkan nama besar seperti Justice League atau Suicide Squad tidak mampu menyelamatkan game yang bermasalah. 

Ini menjadi peringatan penting bagi developer dan industri game untuk lebih berhati-hati dalam menyeimbangkan monetisasi dan kepuasan pemain.

Dapatkah GaaS Diterapkan dengan Bijak?

Model Games as a Service (GaaS) sebenarnya bukanlah konsep yang sepenuhnya buruk. 

Ketika diterapkan dengan tepat, model ini mampu menawarkan konten tambahan yang menarik dan memperpanjang umur sebuah game. 

Contohnya adalah World of Warcraft, yang telah bertahan hampir 20 tahun dengan komunitas pemain yang solid dan setia.

Namun, keberhasilan model ini bergantung pada keseimbangan. 

Pengembang perlu memahami kapan dan bagaimana memberikan nilai tambah bagi pemain, bukan sekadar mendorong mereka untuk mengeluarkan lebih banyak uang. 

Faktanya, pemain tidak selalu menolak transaksi mikro, asalkan mereka merasa pengalaman bermain yang diberikan sepadan dengan biaya tambahan tersebut.

Sayangnya, Rocksteady tampaknya kurang berhasil memahami keseimbangan ini. 

Alih-alih membangun gameplay yang kokoh sebagai dasar, mereka terlalu mengandalkan janji-janji seperti konten tambahan melalui DLC, yang justru melemahkan daya tarik game secara keseluruhan.

Pelajaran untuk Industri Game

Kasus Suicide Squad seharusnya menjadi pengingat penting bagi pengembang game di seluruh dunia. 

Nama besar sebuah franchise tidak bisa menjadi tameng untuk menutupi kekurangan game yang gagal memenuhi harapan pemain.

Fenomena ini sebenarnya mirip dengan pola kepercayaan konsumen di Indonesia terhadap merek lokal. 

Begitu merasa dikecewakan atau dibohongi, konsumen tidak akan ragu untuk beralih ke merek lain yang dianggap lebih baik. 

Hal yang sama berlaku di industri game. 

Pemain kini memiliki banyak pilihan, jauh lebih banyak daripada sebelumnya. 

Jika sebuah game mengecewakan, mereka tidak akan segan meninggalkannya dan memilih pengalaman lain yang lebih memuaskan.

Ke Mana Arah Rocksteady Selanjutnya?

Masa depan Suicide Squad mungkin sulit untuk diselamatkan, tetapi ini bisa menjadi momen refleksi bagi Rocksteady dan industri game secara keseluruhan. 

Untuk kembali mendapatkan kepercayaan pemain, fokus harus dialihkan pada menciptakan pengalaman bermain yang mendalam dan bermakna, bukan sekadar mengejar keuntungan melalui model monetisasi seperti GaaS. 

Ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih kritis dalam memilih game. Apakah game ini benar-benar menawarkan hiburan atau hanya jebakan komersial? 

Pada akhirnya, pertanyaannya adalah, apakah industri game siap berubah untuk memenuhi harapan pemain, atau akan terus menyerah pada godaan keuntungan instan yang mengorbankan kepuasan bermain?

***

Referensi:

  • CleverTap. (n.d.). Games as a service: What is it & why does it matter?
  • Global Sources. (n.d.). Gaming industry trends in 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun