Apabila mereka tumbuh di lingkungan yang mendukung hubungan yang sehat dan saling percaya, trust issue bisa diminimalisir.
Membangun komitmen tak cukup dengan komunikasi semata, butuh pola pikir yang terbuka dan siap menata hubungan jangka panjang.Â
Di sini, peran generasi sebelumnya, terutama orang tua—begitu penting.Â
Mereka harus menjadi teladan, menunjukkan bahwa pernikahan bukan sekadar arena konflik, melainkan ruang bagi dua jiwa untuk saling memahami dan bekerja sama.Â
Dengan contoh nyata ini, anak muda bisa melihat bahwa pernikahan adalah harmoni yang tumbuh dari komitmen dan pemahaman yang tulus.
Membawa Harapan di Tengah Krisis Kepercayaan
Fenomena penurunan angka pernikahan di Indonesia terjalin dari banyak benang rumit: tantangan ekonomi, trust issue, dan perubahan nilai hidup.Â
Di satu sisi, pilihan pribadi tetap jadi hak masing-masing.Â
Namun, akankah keluarga, masyarakat, dan media dapat membantu membangun kembali kepercayaan mereka?Â
Mampukah generasi muda menemukan kembali makna komitmen dalam dunia yang terus berubah?
***
Referensi:
- Katadata. (2024). Anak Muda Indonesia Tak Ingin Cepat Menikah.
- Republika. (2024). Angka Pernikahan di Indonesia Turun, Apa Penyebabnya? Ini Kata Psikolog.
- Jurnal Registrasi. (2024). Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia.
- Hello Sehat. (2024). 5 Penyebab Trust Issue dalam Hubungan dan Cara Mengatasinya.