Di dalam program yang semestinya berfokus pada kesehatan dan distribusi gizi, bukankah pengetahuan nutrisi dan manajemen kesehatan jauh lebih krusial dibanding ketahanan fisik?Â
Di negara lain, program serupa justru mengedepankan pelatihan teknis tentang gizi dan logistik.Â
Nilai disiplin militer memang tidak dapat dipungkiri, namun apakah ini akan meningkatkan efektivitas distribusi makanan?Â
Atau malah menambah beban biaya tanpa memberikan dampak langsung?
Alokasi Anggaran dan Efektivitasnya
Anggaran besar yang disiapkan, yaitu Rp71 triliun, memiliki tujuan ambisius: menurunkan prevalensi stunting hingga ke angka 14% pada 2024.Â
Sebuah target yang tentu saja layak diperjuangkan mengingat masalah gizi buruk dan stunting adalah momok besar bagi generasi muda Indonesia.Â
Namun, berdasarkan artikel dari JPNN, efektivitas penggunaan anggaran sebesar ini sangat tergantung pada pelaksanaan yang rapi, distribusi yang merata, serta pengawasan yang ketat.
Seringkali, anggaran besar yang dialokasikan untuk program ambisius justru menghadirkan tantangan tersendiri.Â
Tanpa pengawasan ketat, dana yang ditujukan bagi anak-anak dan kelompok rentan bisa saja terbuang sia-sia, bahkan mungkin tersesat di tangan yang tak seharusnya.Â
Program seperti ini memerlukan evaluasi yang konsisten dan, yang lebih penting, transparansi.Â
Tanpa itu, tujuan mulia untuk menurunkan angka stunting akan berakhir sebagai sekadar slogan kosong, tak lebih dari janji tanpa wujud nyata.