Ini bukan hal yang sering kita lihat di banyak masjid lain di Indonesia, di mana masjid biasanya hanya berfungsi sebagai tempat ibadah. Di sini, Masjid Kapal Pinisi menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berinteraksi, berdagang, dan memperkuat hubungan sosial mereka.
Peran Pesantren dalam Masyarakat
Masjid ini tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari Pondok Pesantren Al Mutahabbun, yang didirikan pada 2020.Â
Menurut Tribun Makassar, pondok ini sudah memiliki sekitar 200 santri. Ini angka yang cukup besar, mengingat pesantren ini masih terbilang muda.
Pondok pesantren seperti Al Mutahabbun memainkan peran penting dalam pengembangan syiar Islam, khususnya di daerah-daerah seperti Bulukumba.Â
Pesantren ini mengajarkan nilai-nilai Islam sambil tetap merangkul budaya setempat. Masjid Kapal Pinisi adalah contoh nyata bagaimana agama dan budaya bisa berjalan beriringan.
Tantangan yang Dihadapi
Tentu saja, proyek besar seperti ini tidak berjalan tanpa hambatan.Â
Sejak didirikan, pesantren ini terus mengalami perkembangan fisik, namun masih ada banyak tantangan yang harus diatasi, terutama terkait dengan pendanaan dan infrastruktur.Â
Laporan Tribun Makassar menyebutkan bahwa dukungan dari masyarakat sangat penting untuk membantu kelanjutan pembangunan ini.
Namun, optimisme tetap ada. Masyarakat lokal terlibat aktif, baik secara langsung dalam pembangunan maupun melalui donasi. Hal ini menunjukkan bahwa proyek ini adalah bagian dari semangat gotong-royong yang sudah mengakar dalam budaya Indonesia.
Refleksi
Bagi saya, Masjid Kapal Pinisi adalah contoh sempurna bagaimana sebuah bangunan dapat mengintegrasikan begitu banyak elemen—agama, budaya, ekonomi, dan sosial—dalam satu tempat.Â
Ini adalah bukti bahwa masjid tidak hanya bisa menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pemberdayaan masyarakat.Â