Meskipun kurikulum telah berubah, masyarakat masih terpaku pada nilai akademis sebagai ukuran kesuksesan utama.Â
Banyak yang melihat perubahan kurikulum seperti Kurikulum Merdeka hanya sebagai formalitas tanpa memahami esensinya.Â
Pergantian kurikulum hanya jadi sebatas pergantian judul sampul dan ketebalan laporan administrasi.Â
Akibatnya, perubahan ini menjadi sulit diterima dan diimplementasikan secara efektif.
Ketika masyarakat lebih peduli dengan nilai ujian ketimbang penguasaan kompetensi, perubahan kurikulum yang menekankan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis justru sering dianggap sebagai gangguan.Â
Ini menciptakan dilema bagi guru yang ingin berinovasi, namun terkekang oleh ekspektasi masyarakat dan sistem evaluasi yang masih berfokus pada ujian.
Minim Keterlibatan Orang Tua
Orang tua memainkan peran penting dalam pendidikan anak-anak mereka.Â
Namun faktanya, keterlibatan mereka dalam mendukung implementasi kurikulum masih minim.Â
GoodStats  dan SMERU Research Institute mencatat bahwa, orang tua di daerah perkotaan cenderung lebih terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka, karena memiliki akses lebih baik terhadap informasi dan waktu.Â
Namun, di daerah terpencil, keterlibatan orang tua sering kali dibatasi oleh faktor ekonomi dan kurangnya akses informasi.
Padahal, keterlibatan orang tua sangat penting dalam mendukung implementasi kurikulum.Â