Ketika orang tua tidak memahami atau tidak mendukung perubahan kurikulum, maka anak-anak juga tidak akan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam proses belajar mereka.
Sistem Evaluasi yang Masih Berfokus pada Ujian
Sistem evaluasi pendidikan di Indonesia masih berfokus pada nilai ujian sebagai tolok ukur utama keberhasilan siswa.Â
Menurut Badan Pusat Statistik, Asesmen Nasional (AN) berusaha untuk mengukur kualitas sekolah dan guru melalui hasil siswa.
Namun, evaluasi berbasis nilai sering kali tidak cukup untuk mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
Kita perlu bertanya, apakah sistem evaluasi ini benar-benar membantu siswa belajar dengan lebih baik, atau justru menekan mereka untuk berfokus hanya pada nilai?Â
Ketika guru harus menghabiskan sebagian besar waktu untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian, sulit bagi mereka untuk berinovasi dalam mengajar dan fokus pada pengembangan kompetensi yang lebih mendalam.
Perlukah Perombakan Total?
Melihat semua tantangan yang ada —mulai dari disparitas kualitas guru, infrastruktur yang tidak merata, hingga sistem evaluasi yang terlalu berfokus pada ujian— kita harus bertanya: apakah reformasi pendidikan kita sudah berjalan dengan tepat?Â
Mungkin, solusi yang kita butuhkan bukan sekadar perombakan kurikulum, tetapi perubahan menyeluruh dalam cara kita memandang pendidikan.Â
Apakah kita siap untuk memulai proses ini, atau mungkin ada pendekatan lain yang bisa kita ambil?Â
Pilihannya kini ada di tangan masyarakat, pendidik, dan pemerintah.Â
Lalu, pilihan mana yang akan kita pilih?