Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Makassar

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Transaksi ke Meritokrasi, Jalan Panjang Reformasi Legislasi

5 Oktober 2024   06:07 Diperbarui: 5 Oktober 2024   06:07 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meritokrasi (minutehack.com)

Proses ini berhasil mencegah korupsi dan nepotisme, sehingga menciptakan pemerintahan yang efisien dan minim penyalahgunaan kekuasaan.

Artikel dari Kumparan juga menggarisbawahi bagaimana Singapura menerapkan sistem meritokrasi dengan menempatkan pemimpin berdasarkan prestasi dan kemampuan melalui seleksi yang transparan. 

Contoh dari Singapura ini menunjukkan bahwa meritokrasi dapat membawa efisiensi dan stabilitas politik, asalkan diterapkan dengan benar dan konsisten.

Tantangan dan Peluang Meritokrasi di Indonesia

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa penerapan meritokrasi di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat. 

Salah satunya adalah dominasi politik dinasti, yang membuat kompetisi sering kali tidak adil. 

Berdasarkan artikel di TIMES Indonesia, dominasi politik dinasti ini masih menjadi hambatan utama bagi meritokrasi. 

Dalam sistem politik kita, sering kali kekuasaan diwariskan dalam lingkup keluarga atau kelompok tertentu, tanpa memperhatikan kompetensi atau kinerja individu tersebut.

Meski demikian, meritokrasi juga menawarkan peluang yang besar untuk reformasi politik di Indonesia. 

Menurut artikel di KPI IAIN Parepare, meritokrasi memiliki potensi untuk memperkuat demokrasi di Indonesia dengan menempatkan orang-orang yang kompeten di posisi kepemimpinan. 

Hal ini tidak hanya akan meningkatkan efektivitas lembaga legislatif, tetapi juga kepercayaan publik terhadap proses politik.

Kesimpulan: Waktunya Meritokrasi?

Sudah saatnya kita mempertimbangkan meritokrasi sebagai model dalam pemilihan pemimpin MPR/DPR. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun