Memang tidak mudah mengubah haluan ekonomi sebuah negara.
Apalagi Indonesia sudah terlanjur nyaman dengan ekspor batu bara dan sawit.
Tapi ingat, kenyamanan itu bisa jadi jebakan.
Ibarat katak dalam air panas, kita bisa mati perlahan tanpa sadar kalau tidak segera melompat keluar.
Ekonomi kreatif bukan hanya soal menghasilkan uang, tapi juga tentang harga diri bangsa.
Lebih keren mana, dikenal sebagai pengekspor batu bara atau pengekspor film dan musik? Jawabannya jelas.
Dengan ekonomi kreatif, kita bisa mengubah citra Indonesia dari sekadar "tukang kebun dunia" menjadi "pabrik ide kreatif global".
Tentu saja, perubahan ini butuh waktu.
Tapi seperti kata pepatah, "Tak ada waktu sebaik sekarang untuk menanam pohon."
Begitu juga dengan ekonomi kreatif. Semakin cepat kita mulai, semakin cepat pula kita bisa memetik buahnya.
Jadi, mari kita sambut "gempa" ekonomi dari China ini bukan dengan ketakutan, tapi dengan semangat perubahan.