Ibarat efek domino, begitu satu bidak jatuh, yang lain ikut berjatuhan.
Tapi kalau kita punya bidak-bidak dari bahan yang berbeda - dalam hal ini ekonomi kreatif - maka tidak semua akan ikut roboh.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, "Memangnya ekonomi kreatif bisa menghasilkan devisa sebesar ekspor batu bara atau minyak sawit?"
Jawabannya: bisa!
Bahkan bisa lebih besar lagi. Coba lihat China.
Menurut UNCTAD (2019), booming ekonomi kreatif di sana tidak hanya menguntungkan China sendiri, tapi juga menyeret negara-negara Asia lain untuk ikut maju.
Ini kesempatan emas bagi Indonesia untuk naik kereta ekonomi kreatif yang sedang melaju kencang di kawasan.
Lantas, langkah konkret apa yang harus diambil pemerintah?Â
- Mengalihkan subsidi dari industri ekstraktif ke industri kreatif.Â
- Membangun infrastruktur digital yang mumpuni sampai ke pelosok desa.Â
- Mereformasi kurikulum pendidikan untuk mendorong kreativitas sejak dini.Â
- Membuat kebijakan yang memudahkan ekspor produk kreatif Indonesia ke luar negeri.Â
Bayangkan kalau kita bisa mengekspor film-film berkualitas seperti "Pengabdi Setan" atau "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" ke seluruh dunia.
Atau musik-musik keren macam Weird Genius yang bisa menembus chart Billboard.
Belum lagi potensi besar dari industri game, animasi, dan desain grafis yang belum tergali maksimal.