Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menantang Paradigma: Apakah Batasan Usia Menghambat Inovasi?

5 Agustus 2024   08:00 Diperbarui: 5 Agustus 2024   08:02 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan menolak mereka hanya karena usia, kita kehilangan permata-permata berharga dalam lautan pengetahuan.

Di negeri-negeri yang jauh, di mana matahari kebebasan bersinar terang, batasan usia dalam pekerjaan telah lama ditinggalkan. 

Di Amerika Serikat dan Kanada, undang-undang melarang diskriminasi usia dalam perekrutan tenaga kerja, menciptakan lingkungan yang inklusif dan beragam. 

Studi yang dilakukan oleh AARP (2016) menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki tenaga kerja beragam dalam hal usia mampu mencapai kinerja yang lebih baik dan lebih inovatif. 

Tim yang terdiri dari pekerja dengan usia yang bervariasi mampu memberikan perspektif yang lebih luas dan solusi yang lebih kreatif, menciptakan simfoni harmonis yang memperkaya perusahaan.

Di tanah air, kita harus berani menantang paradigma lama ini. 

Seperti pahlawan dalam cerita-cerita klasik, kita harus melawan raksasa-raksasa ketidakadilan yang menghalangi langkah kita. 

Menilai calon pekerja seharusnya berdasarkan kemampuan, keterampilan, dan potensi mereka untuk berkontribusi, bukan usia mereka. 

Kualitas penilaian ini yang sepatutnya manjadi langkah pertama menuju perubahan yang berarti.

Bayangkan sebuah perusahaan tanpa batasan usia, di mana setiap individu, muda atau tua, memiliki kesempatan yang sama untuk bersinar. 

Seperti hutan yang lebat dengan berbagai jenis pohon, keberagaman ini akan menciptakan ekosistem yang sehat dan produktif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun