"Siapa yang bilang? Agamaku itu 'Semesta'! Aku tidak butuh agama saat memberi makan orang yang lapar. Aku juga tidak butuh ayat-ayat Tuhan untuk menyantuni anak yatim. Agamaku juga nurani!"
"Itu hanya alibimu saja untuk tidak terikat dengan aturan yang baku!"
"Bagiku semuanya punya aturan. Semesta juga punya aturan."
"Bukankah aturan itu untuk dijalankan?"
"Benar. Tapi aturan tidak punya hak memangkas hak hidupku!"
"Sekarang aku tanya. Jika saja agama itu tidak ada, bagaimana memahami kehidupan ini?" Lumbung terus mengejar Aven.
"Itu, kan, masih 'jika', berarti belum pasti!"
"Kalau begitu siapa yang gendeng?"
"Kita berdua!"
"Kok, bisa?"
"Karena kita telah mendewakan agama. Kita melupakan Sang Pemilik agama itu sendiri. Gendeng, kan?"