Â
"Baiklah."
Â
"Jangan bertanya tentang sakitku lagi! Aku tahu kamu khawatir sama aku. Tapi aku selalu tersinggung jika ada yang tanya tentang itu. Aku juga ingin sembuh. Aku juga ingin jatuh cinta. Aku juga ingin punya anak. Tapi semua itu nanti," kata Aven panjang dengan wajah penuh harap. Lumbung mengambil sikap.
Â
"Tapi kamu tidak boleh cepat mati! Jika kamu mati, siapa yang akan memuji kopiku?"
Â
Suasana hening sejenak.
Â
Dua sahabat itu akhirnya berpelukan erat. Ketegangan di antara mereka sirna sudah. Riuh seruputan kopi yang terdengar memenuhi kamar. Dua bibir itu bergantian menikmati garangnya kopi tubruk. Benar-benar malam yang syahdu.
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!