Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Roman

Siluet-Buku I (Tuhan Maha Pemberi Kejutan)-11

3 September 2024   23:58 Diperbarui: 4 September 2024   00:10 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika kita keliling kota ini, kita akan menemukan apa?" tanya Lalang angin-anginan. Aven menoleh. Hendak merespon. Ia segera berhenti mengunyah. Lalu memandangi wajah cantik itu. Lumbung terkesiap. Ia menyambar pertanyaan itu.

"Kedamaian." Lumbung tertawa kecil.

"Seperti apa?" Aven menyumbang tanya. 

"Ya, Mas. Kedamaian seperti?" tegas Lalang. 

"Ini kota pinggiran. Jauh dari bising apa pun. Mulai politik sampai deru mesin-mesin pemecah baja. Jika orang Jakarta sesak napas, maka mereka ke sini. Itulah kedamian yang mereka cari."

"Lalu hal yang paling menarik?" Lalang tampak belum puas. Aven beralih pandang ke Lumbung. Mirna, tampaknya ini bukan takdir yang kamu maksud. Di semesta ini, bukan hanya aku yang hidup. Ada dua manusia di depanku. Nah. Selalu begitu sejak dulu. Apa takdir sudah usai? Belum, kan? Gini. Gini, Ven. Yang kamu butuhkan hanya percaya. Kamu sendiri? Duda itu. Asu!

"Maka jadilah menantu Bu Fatma!" Lumbung mengerling. Tawanya aneh. Lalang tampak geli. Itu bukan joke, teman. Itu jayus. Lihat, Mirna. Lihatlah. Sahabatku. Kamu juga kenal. Ia Lumbung. Takdir itu memilihnya. Belum. Ini bukan akhir sebua film. Skenario masih panjang, Ven. Sejak kapan, kamu serapuh itu? 

"Aven boleh cemburu." Lumbung menepuk bahu Aven. "Kamu waras, kan, Ven?"

Mir. Aku baru saja dililit api. Panas. Kulitku mengelupas. Takdir apa ini? Lebbay! Menjijikkan, Ven. Sudah-sudah. Aku mau dudaku. Aku sudah tidak sanggup menggantung rindu. Setan!

"Kita habiskan makanan ini. Lalu keliling kota sebentar. Dan pulang. Perjalanan kalian masih panjang. Butuh istirahat ekstra." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun