Mohon tunggu...
Mustofa Ludfi
Mustofa Ludfi Mohon Tunggu... Lainnya - Kuli Tinta

Bapak-bapak Beranak Satu :)

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Siluet-Buku I (Tuhan Maha Pemberi Kejutan)-4

27 Agustus 2024   08:55 Diperbarui: 31 Agustus 2024   13:08 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Sumbangan Mas Faizun

“Aku titip kamar ini! Boleh dibuka. Tapi jangan sampai dibuat tidur. Kamu atau orang lain. Bahkan pacarmu, jangan!” katanya sambil bangkit dari duduknya. Kun hanya mengangguk kecil.

 

Aven berangkat mencari Bang Udin saat itu juga. Perjalanan memang panjang. Namun, main petak umpet dengan persepsi tidak akan pernah membuahkan hasil. Ia bertekad, langkah kakinya harus tetap tegak dan kuat. Ia berjanji, ia tidak akan kecewa. Apa pun hasilnya. Mencoba adalah jalan terbaik. Jalan orang-orang terberkati. Sejak dulu kala.

 

Misteri butuh lelaku[4], tidak hanya menguatkan jiwa, pemahaman mata dan reaksi rasa yang kemudian tercipta kenyataan. Sebab itu, Aven hanya berjalan dengan hasrat dan keyakinan. Berjalan dengan ribuan serbuk hitam yang biasa mereka sebut kopi. Tuhan bersama para penggila kopi, semboyan Aven menggema di palung hatinya. Begitu sejak dulu. Selalu.

 

Dalam perjalanan menuju tempat jauh; negeri antah-berantah, paling sulit dilakukan adalah memulai perjalanan itu. Benak dan pikiran hanya ada tanah yang begitu luas nan gersang. Tidak terlihat tanda-tanda keramaian, bahkan kehidupan. Sejauh mata memandang, semuanya hanya terlihat putih. Risiko yang paling mungkin ditemui nanti adalah serbuan kesepian panjang. Merayapi semua alur hidupnya. Seperti dulu. Saat semua merenggut kedua orang tuanya.

 

Aven merenung sejenak. Ia tidak akan tertawa lepas dalam waktu yang tak terprediksi. Semua serba buram; abu-abu. Seperti buramnya gambaran tempat yang menjadi tujuan perjalanannya.

 

Kun telah berhasil mengubah hidup Aven. Kun telah berhasil memancingnya masuk dalam lingkaran keabsurdan Bang Udin. Aven bisa saja kabur dari itu semua. Namun, waktu telah mendudukkannya di atas kursi bus yang akan mengantarkannya sampai ke Jombang. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun