Â
   Lumbung terlihat sedang asik dengan secangkir kopi yang ada di depannya. Ia duduk sendiri di kursi paling sepi. Wajahnya kalem. Dari gerak tubuhnya, lelaki itu tak suka dengan keramaian. Introfet. Parah. Tak ada obat.Â
Â
Kun menangkapnya basah. Di belakangnya, ada Aven. Ia menyemangati Kun menangkap buruannya. Tangan beradu genggam. Genggaman Kun yang lebih besar menelan habis genggaman Lumbung. Diusul Aven penuh semangat.Â
Â
Lumbung sekarang tahu, manusia tambun di sebelahnya bernama Kun. Dan juga, Aven memperkenalkan namanya. Mereka duduk di meja yang sama. Pesanan yang sama: Kopi hitam!
Persahaban telah terjalin. Aven menyebutnya sebagai tiga serangkai yang jaring-jaring persahabatannya terekat kuat dalam aroma kopi. Penuh keajaiban. Sakti. Tidak akan tumbang dalam waktu yang lama. Hahaha. Kun terus mendesiskan tawa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H