Dari 33 miliyar dana yang dianggarkan, baru sekitar 6 miliyar yang sudah terpakai. Hingga saat ini belum ada informasi pasti tentang kelanjutan proyek tersebut.
Dari beberapa sumber, mengatakan bahwa pembangunan tidak berhenti sampai disitu saja. Artinya, "kandang merpati" yang dilihat orang mungkin tidak sepenuhnya tok' "kandang merpati".Â
Mungkin masih ada elemen-elemen yang belum selesai dibangun di proyek ini. Dalam kata lain, bisa dibilang proyek pembangunan Gedung Kebudayaan ini "belum selesai". Namun, pertanyaan lain muncul terkait gap waktu yang cukup lama. Sejak tahun 2020, pembangunan ini tidak terlihat dilanjut. Ini menimbulkan kritik dan pertanyaan lain terkait proses kelanjutan proyek pembangunan.Â
Apakah anggaran dari PemProv Jabar yang tersendat? Ataukah ada hal lain yang menghambat terselesaikannya proyek ini. Kita tahu bahwa pada tahun 2020 covid mulai masuk ke Indonesia, dan harus diakui sebagian besar anggaran negara dialihkan untuk penanganan covid.Â
Jadi sebetulnya kritik yang bermunculan saat ini dapat dibilang "belum sampai ke ujung". Bagaimanapun, anggaran yang dialokasikan PemProv belum sepenuhnya dipakai untuk proyek ini.Â
Bisa dikatakan kurang dari 25% yang baru digunakan. Artinya, dengan sisa 27 miliyar anggaran yang dialokasikan bangunan ini seharusnya mampu bertransformasi menjadi lebih sempurna dibanding dengan asumsi-asumsi masyarakat yang dilihat sekarang.
Rencana Pengembangan Kawasan Pusat Kebudayaan Eyang Ranggawulung Kabupaten Subang | Sumber: himars.unikom.ac.id/article-2/
 Kritik yang Luput
Alih-alih mengkritik desain Gedung Kebudayaan yang belum selesai, ada hal lain yang mengganggu saya terkait proyek ini. Jika harus mengkritik desain saat ini, seakan mengkritik busana fashion yang belum rampung dijahit.Â