Mangsa kapitu yang terjadi pada bulan Desember dan juga Januari yang dalam lisan Jawa Desember seringkali diartikan sebagai 'gede-gedene sumber' sebagai penanda tingginya curah hujan dan Januari dilisankan sebagai 'ujan seari-ari' atau hujan setiap hari.
Pada masa ini seringkali ditandai dengan banyaknya orang bepergian dan pekerjaan dan di rumah banyak orang yang disibukkan dengan hal yang tidak penting.
8. Kawolu (wasika) 3 Februari - 28 Februari terjadi dalam 26 hari.
Masa ini disebut juga dengan Anjrah jroning kayu yang berarti 'berkat dan kebahagiaan di hati'. Musim ini ditandai dengan musimnya kucing kawin bermunculan pula hewan sejenis hama dalam tanah sebab tanaman padi sudah mulai meninggi sehingga mendatangkan harapan.
Pada sumber lain disebutkan bahwa pada masa ini sebagai masa kesendirian, karena ditinggal mati istri atau tidak beristri. Pada saat ini curah hujan 371,8 mm, meski tak jarang mendung dan kilat disertai petir.
9. Kasanga (jita) 1 Maret - 25 Maret terjadi dalam 25 hari.
Wedharing wacana mulya atau 'ungkapan mutiara kata'. Saat ini curah hujan menurun menjadi 252,5 mm.
Masa ini juga menandai curah hujan yang mulai mereda dan uir-uir atau tonggeret mulai bernyanyi di pepohonan yang disambut nyanyian cengkerik dan juga belalang yang sudah menetas dan keluar dari sarangnya. Keprihatinan dan akan ada banyak kehilangan adalah tanda dari mangsa ini.
10. Kasadasa (srawana) 26 Maret - 18 April terjadi dalam 24 hari.
Masa ini disebut juga dengan gedhong mineb jroning kalbu yang ditandai dengan banyaknya hewan yang berkembangbiak sebagaimana berbagai jenis burung banyak yang bertelur dan menetas. Sehingga sinar matahari 60 %, kelembaban udara 74 % curah hujan 1816,6 mm, suhu udara 27,8 o C.
Arti dari masa ini ini dapat pula diartikan sebagai masa memadu kasih atau gedhong mineb yang berarti 'pintu tertutup'. Dan masa ini juga padi telah mulai menguning.