Buat Kak Zulfi yang baik
Assalamualaikum w.w.
Mohon maaf ya Kak, tiba-tiba aku menulis surat ini. Pertama aku mau minta maaf atas ucapanku di ruang komputer kemarin. Aku ngerti kalau ucapanku itu tidak menyenangkan. Semoga saja tidak sampai menyakitkan ya, Kak. Â Jujur saja, sejak mengenal dan dekat dengan kamu, aku sudah merasa senang. Tidak ada yang salah dengan kamu.
Tapi aku ingat bahwa Kak Zul pernah mengagumi Kak Zahra kan. Tapi karena beda level, jadi takut untuk mendekatinya. Akhir-akhir ini Kak Zahra sering main ke rumah. Karena kami sedang buat bisnis online kecil-kecilan. Tahu kan? Zahra sering banget cerita tentang Kak Zulfi. Kak Zahra anaknya baik, sopan, alim, dan  pinter. Sekarang dia sedang mendambakan seseorang yang juga baik dan  pinter.Â
Aku ingat kata orang bijak. Bahwa orang yang baik akan mendapatkan jodoh yang baik pula. Tak perlu panjang lebar ya Kak. Gayung sudah bersambut. Aku titip Kak Zahra ya. Jaga dia.
                                                Salam manis,
                                                Aida
"Astaghfirullohaladhim... Apa-apaan kamu Aida," gerutuku. Surat Aida benar-benar membuatku syok. Antara sedih, haru, dan bingung. Mengapa dia membuat keputusan yang aneh begitu. Aku harus bagaimana? Pikiranku mulai diaduk-aduk lagi. Lebih kacau dibandingkan ketika Aida mengucapkan keputusannya di ruang komputer kemarin.
Kusambar ponsel di depanku. Kutelepon Aida, tetapi ponselnya tidak aktif. Aku mencoba menenangkan diri, mencoba memahami apa yang terjadi. Sambil kulipat kembali surat Aida. Kusimpan rapi di lemari. Dan kusimpan di relung hati.
Sejak saat itu, hubunganku dengan Aida semakin renggang. Kami saling menjaga jarak dan menjaga diri. (*)
___________