Mohon tunggu...
Ahmad Yudi S
Ahmad Yudi S Mohon Tunggu... Freelancer - #Ngopi-isme

Aku Melamun Maka Aku Ada

Selanjutnya

Tutup

Money

Refleksi 58 Tahun Hari Tani Nasional

24 September 2018   12:16 Diperbarui: 24 September 2020   17:42 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.hidayatullah.com

Pemerintah yang begitu fokus terhadap pembangunan menjadi penyebab terkesampingkannya ruang pertanian.

Reklamasi dan proyek-proyek menutupi tanah produktif sehingga petani tidak dapat produktif kembali dalam menghasilkan pangan dilahannya sendiri. Kehilangan tanah yang dialami petani akibat getolnya pembangunan yang digalakkan pemerintah berdampak pada kerusakan lingkungan.

Industri dan pertambangan yang berdiri kokoh di atas tanah rakyat akan melahirkan limbah yang berdampak pada pencemaran lingkungan. Jika terus dibiarkan maka berdampak pada kerusakan lingkungan.

Lingkungan yang tidak sehat akan mempengaruhi status kesehatan penduduk yang hidup disekitarnya. Bila telah tercemar maka penduduk yang hidup disekiar industri atau pertambangan akan mengalami berbagai gangguan kesehatan hingga kematian yang berdampak pada tingginya beban negara.

Di sisi lain pemerintah atau swasta mengadakan pembangunan besar-besaran, sebaliknya lahan produktif semakin sempit bahkan mungkin habis karena telah dialih-fungsikan. Belum lagi dengan masuknya investasi perusahaan asing, yang berakibat pada penyingkiran sumber kehidupan para petani.

Sudah saatnya Indonesia bangkit dari kesenjangan agraria dan mengembalikan julukan negeri "Lumbung Padi". Hak-hak petani seharusnya lebih diperhatikan dan UUPA diimplementasikan secara nyata agar tidak kembali terjadi kesenjangan lahan.

Jangan sampai profesi petani berkurang bahkan langka di negeri agraris, sebab terlalu luas tanah yang subur, dan apa yang ditanam itulah yang akan menjadi sumber kehidupan bangsa.

Selamat Hari Tani Nasional,
Semoga kesejahteraan bagi petani bukan hanya sekedar isu dan materi perbincangan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun