1. Karakter Asle:Â Protagonis 'Septology', seorang pelukis tua, bisa dilihat sebagai alegori untuk seniman atau intelektual yang berjuang dengan identitas dan perannya dalam masyarakat.Â
2. Setting Pedesaan: Latar belakang desa di pantai barat Norwegia mungkin menyembunyikan kritik terhadap sentralisasi kekuasaan dan marginalisasi daerah-daerah pinggiran.Â
3. Eksplorasi Waktu :Â Pendekatan Fosse terhadap waktu yang tidak linear bisa diinterpretasikan sebagai kritik terhadap narasi kemajuan linear yang sering digunakan dalam wacana politik.
Jalinan Bahasa dan Kekuasaan.
1. Ambiguitas Makna : Fosse sering menggunakan bahasa yang ambigu, yang bisa dilihat sebagai refleksi dari sifat ambigu wacana politik dan kekuasaan.Â
2. Suara Interior: Fokus pada monolog interior karakter utama mungkin mencerminkan ketidakmampuan individu untuk sepenuhnya mengekspresikan diri dalam ruang publik yang terpolitisasi.Â
3. Simbolisme: Penggunaan simbol-simbol dalam narasi Fosse bisa dilihat sebagai cara untuk menyampaikan pesan-pesan politis tanpa harus mengungkapkannya secara eksplisit.
Demikianlah, kurang - lebihnya jika kita mengulas sedikit unsur, 'Septology' Jon Fosse, melalui penggunaan bahasa yang kompleks dan makna yang berlapis, menawarkan kritik halus terhadap struktur kekuasaan dan wacana politik kontemporer. Dengan menggunakan bahasa sebagai alat, Fosse menciptakan narasi yang tidak hanya bernilai sastra tinggi, tetapi juga kaya akan makna politik yang tersembunyi. Karya ini menantang pembaca untuk melihat melampaui permukaan dan merenungkan hubungan antara bahasa, kekuasaan, dan identitas dalam konteks masyarakat modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H