Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Septology, Jon Fosse & Penuturan Etnografi Bahasa

10 Agustus 2024   06:18 Diperbarui: 10 Agustus 2024   06:46 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theconversation.com/

3. Perjalanan Internal sebagai Odyssey: Penjelajahan internal karakter utama Asle dapat dilihat sebagai versi modern dari perjalanan epik, dituturkan melalui bahasa yang introspektif dan puitis. Dalam hal bahasa puitisnya 'Septology' Jon Fosse mendemonstrasikan bagaimana prosa kontemporer dapat mengadopsi kualitas puitis untuk menyampaikan pesan-pesan singkat namun mendalam dalam konteks narasi epik yang lebih besar. Melalui penggunaan teknik-teknik yang biasanya dikaitkan dengan puisi - seperti repetisi, ritme, dan citra yang kuat - Fosse menciptakan karya yang menggabungkan kepadatan puisi dengan skala epik.

Karya ini menantang pembaca untuk memikirkan kembali batas-batas antara puisi dan prosa, serta bagaimana pesan-pesan singkat dan mendalam dapat disampaikan dalam konteks narasi yang lebih luas. 'Septology' bukan hanya sebuah novel, tetapi juga dapat dilihat sebagai puisi epik modern yang merefleksikan kompleksitas pengalaman manusia kontemporer melalui bahasa yang pada saat bersamaan singkat dan luas.Septology : Jon Fosse - & Penuturan Etnografi Bahasa. 

Saya akan mencoba memberikan ulasan esai tentang Jon Fosse dan karyanya 'Septology' yang terkait dengan etnografi bahasa di Pantai Barat Daya Norwegia. Namun perlu diingat bahwa saya tidak memiliki akses ke teks asli 'Septology' atau sumber-sumber spesifik lainnya, jadi ulasan ini akan bersifat umum berdasarkan pengetahuan saya tentang Fosse dan karyanya. Jon Fosse adalah penulis Norwegia yang terkenal dengan gaya penulisannya yang khas dan minimalis. Lahir di Haugesund pada tahun 1959, Fosse tumbuh di wilayah Pantai Barat Daya Norwegia, sebuah latar yang sering muncul dalam karya-karyanya.

'Septology' adalah karya besar Fosse yang terdiri dari tujuh bagian, diterbitkan dalam tiga volume. Karya ini menggambarkan kehidupan seorang pelukis tua bernama Asle, yang tinggal di sebuah desa kecil di pantai barat Norwegia. Melalui karya ini, Fosse mengeksplorasi tema-tema seperti identitas, waktu, dan spiritual dengan cara yang mendalam dan introspektif. Dari sudut pandang etnografi bahasa, 'Septology' menarik untuk dianalisis karena beberapa alasan: 1. Penggunaan dialek: Fosse dikenal menggunakan elemen-elemen dari dialek Nynorsk, salah satu bentuk standar bahasa Norwegia yang lebih dekat dengan dialek pedesaan. Ini mencerminkan latar belakang geografis dan budaya dari setting cerita. 

2. Gaya penuturan: Fosse menggunakan gaya penuturan yang sangat khas, dengan kalimat-kalimat panjang dan repetitif, serta kurangnya tanda baca konvensional. Gaya ini menciptakan ritme yang unik dan mencerminkan aliran pikiran karakter utama. 

3. Representasi budaya lokal: Melalui bahasa dan narasi, Fosse menggambarkan kehidupan di pantai barat Norwegia, termasuk tradisi, kepercayaan, dan cara hidup masyarakat setempat. 

4. Eksplorasi identitas linguistik: Karya ini menyentuh aspek-aspek identitas yang terkait dengan bahasa dan dialek, yang merupakan bagian penting dari etnografi bahasa. 

Sehingga, 'Septology' bukan hanya sebuah karya sastra, tetapi juga bisa dilihat sebagai dokumen etnografis yang menangkap nuansa bahasa dan budaya dari wilayah tertentu di Norwegia. Melalui bahasa dan narasinya, Fosse memberikan gambaran mendalam tentang masyarakat dan individu di Pantai Barat Daya Norwegia. Suatu Kesimpulannya, 'Septology' karya Jon Fosse merupakan contoh menarik bagaimana sastra dapat menjadi medium untuk eksplorasi etnografi bahasa. Melalui gaya penulisan yang unik dan penggunaan bahasa yang khas, Fosse tidak hanya menciptakan karya sastra yang kuat, tetapi juga memberikan wawasan berharga tentang bahasa dan budaya dari wilayah asalnya.

Septology Jon Fosse:

Konstruksi Teoretik Sastra melalui Penuturan Perbendaharaan Bahasa. 

Jon Fosse, pemenang Nobel Sastra 2023, melalui karyanya 'Septology', memberikan contoh menarik tentang bagaimana konstruksi teoretik sastra dapat dilihat sebagai penuturan perbendaharaan bahasa dalam konteks populer dan kontemporer. Esai ini akan mengeksplorasi bagaimana Fosse menggunakan bahasa untuk membangun narasi yang merespons dan merefleksikan dunia kontemporer.


Perbendaharaan Bahasa sebagai Alat Konstruksi Teoretik.

1. Nynorsk dalam Konteks Kontemporer : Penggunaan Nynorsk oleh Fosse bukan hanya pilihan linguistik, tetapi juga konstruksi teoretik yang menggabungkan tradisi dengan modernitas. Ini mencerminkan bagaimana bahasa minoritas dapat tetap relevan dalam wacana kontemporer. 

2. Sintaksis Minimalis: Gaya penulisan Fosse yang minimalis, dengan kalimat panjang dan sedikit tanda baca, dapat dilihat sebagai respons terhadap overload informasi di era digital. Ini adalah konstruksi teoretik yang menantang cara kita memproses informasi dalam kehidupan sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun