Mohon tunggu...
Ahmad W. al faiz
Ahmad W. al faiz Mohon Tunggu... Penulis - Penulis.

a little bird which surrounds this vast universe, does not necessarily change itself, becoming a lizard. Do you know why. Yes you do.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Septology, Jon Fosse & Penuturan Etnografi Bahasa

10 Agustus 2024   06:18 Diperbarui: 10 Agustus 2024   06:46 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theconversation.com/

3. Repetisi dan Ritme: Pengulangan kata dan frasa menciptakan ritme yang mirip dengan aliran kesadaran, mencerminkan cara pikiran bergerak di dunia yang penuh distraksi. Ini adalah penuturan perbendaharaan bahasa yang merespons realitas psikologis kontemporer.


Penuturan dalam Wilayah Populer dan Kontemporer

1. Tema Universal dalam Konteks Lokal: Fosse mengangkat tema-tema universal seperti identitas dan spiritualitas, tetapi meletakkannya dalam konteks lokal Norwegia. Ini menunjukkan bagaimana sastra dapat menjembatani yang lokal dan global, sebuah aspek penting dalam dunia kontemporer. 

2. Representasi Waktu Non-linear: Pendekatan Fosse terhadap waktu yang tidak linear mencerminkan persepsi waktu yang berubah di era digital, di mana masa lalu, sekarang, dan masa depan sering tumpang tindih dalam pengalaman kita sehari-hari. 

3.  Ambiguitas sebagai Refleksi Realitas: Penggunaan bahasa yang ambigu oleh Fosse dapat dilihat sebagai representasi dari kompleksitas dan ambiguitas kehidupan kontemporer, di mana kebenaran sering kali bersifat subjektif dan tergantung konteks.


Konstruksi Teoretik melalui Karakter dan Setting.

1. Asle sebagai Representasi Manusia Modern: Karakter utama Asle dapat dilihat sebagai konstruksi teoretik tentang seniman/intelektual dalam masyarakat kontemporer, berjuang dengan identitas dan relevansi di dunia yang cepat berubah. 

2. Setting Pedesaan sebagai Kontra-narasi: Pilihan setting pedesaan di era urbanisasi global dapat dilihat sebagai konstruksi teoretik yang menantang narasi dominan tentang kemajuan dan modernitas. 

3. Dialog Internal sebagai Wacana Sosial: Monolog interior yang dominan dalam 'Septology' dapat diinterpretasikan sebagai representasi dari isolasi sosial dan introspeksi yang sering dialami dalam masyarakat modern yang hyper-connected namun sering kali terasa terisolasi. 'Septology' Jon Fosse mendemonstrasikan bagaimana konstruksi teoretik sastra dapat dibangun melalui penuturan perbendaharaan bahasa yang merespons dan merefleksikan realitas populer dan kontemporer. Melalui pilihan linguistik, gaya naratif, dan pengembangan tema, Fosse menciptakan karya yang tidak hanya bernilai sastra tinggi, tetapi juga menjadi cermin dan kritik terhadap kondisi manusia di era modern. Karya ini menantang pembaca untuk memikirkan kembali hubungan antara bahasa, sastra, dan realitas kontemporer, serta peran sastra dalam membentuk dan merefleksikan pemahaman kita tentang dunia.

Septology Jon Fosse:

Asosiasi Jalinan Bahasa Politik dan Makna Tersembunyi

Jon Fosse, penulis Norwegia peraih Nobel Sastra 2023, menciptakan karya monumental 'Septology' yang tidak hanya menarik dari segi sastra, tetapi juga dari perspektif bahasa politik dan makna tersembunyi. Esai ini akan mengeksplorasi bagaimana Fosse menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan politis yang tersirat dalam narasinya.

Bahasa sebagai Alat Politik

1. Penggunaan Nynorsk:
Pilihan Fosse untuk menggunakan Nynorsk, varian bahasa Norwegia yang kurang dominan, dapat dilihat sebagai pernyataan politik. Ini menegaskan identitas linguistik yang berbeda dari dominasi Oslo-sentris dan bahasa Bokml yang lebih umum digunakan. 

2. Ritme dan Repetisi: Gaya penulisan Fosse yang repetitif dan berirama dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap wacana politik yang sering kali berulang dan hampa makna. 

3. Absennya Tanda Baca: Minimnya penggunaan tanda baca konvensional bisa dilihat sebagai penolakan terhadap struktur bahasa yang mapan, mencerminkan sikap perlawanan terhadap norma-norma yang ada.


Makna Tersembunyi dalam Narasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun