Mohon tunggu...
Ahmad Sirfi Fatoni
Ahmad Sirfi Fatoni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya seorang dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Bahasa dan Sastra, Kampus Universitas Negeri Makassar. Hobi saya adalah bermain sepak bola, futsal, catur, sepak takrow, bola voli, membaca, menulis, jalan-jalan, hang out, main playstation, menjelajah dan semacamnya. Minat keilmuan saya yaitu ilmu nahwu, sharaf, balagah, semantik dan sastra Arab. Saya suka menulis isu-isu terkait bahasa, sastra maupun wacana bahasa Arab. Di samping itu, saya juga tertarik untuk mengupas isu-isu terkini dan aktual baik terkait isu sosial, politik, ekonomi maupun budaya di level nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Problematika dan Fenomena Al-Ifrod wa al-Tasniyah wa al-Jam'u dalam Al-Qur'an (Al-Tahlil al-Balagi)

30 Oktober 2024   19:52 Diperbarui: 30 Oktober 2024   19:56 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

46.  Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat (mukjizat) Kami kepada Fir'aun dan para pemuka (kaum)-nya. Dia (Musa) berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam."

         Di dalam surat al-Syu'ara': , yaitu diinformasikan dengan bentuk mufrod dari bentuk mus|anna. Sementara di dalam surat Taha yaitu:  diinformasikan dengan bentuk mus|anna dari bentuk mus|anna. Adapun di dalam surat al-Zukhruf yaitu: diinformasikan dengan bentuk mufrod dari bentuk mufrod juga.

            Perlu diperhatikan di dalam surat Taha, fenomena ini diinformasikan dengan bentuk musanna dari bentuk musanna. Sementara di dalam surat al-Zukhruf, fenomena ini diinformasikan dengan bentuk mufrod dari bentuk mufrod. Hal ini perlu dirujuk ke konteks yang menjadi latar belakang dari kedua ayat tersebut sehingga memunculkan perbedaan atau pertentangan yang tidak sama lafadznya.

            Perlu diketahui bersama bahwa di dalam surat al-Syu'ara' terdapat penyebutan nabi Harun bersama dengan nabi Musa, akan tetapi ceritanya dibangun secara wahdah (dalam bentuk satu) bukan berbentuk tasniyyah. Hal itu terdapat dalam kutipan ayat al-Qur'an berikut ini:

 (: 12-17)

12.  Dia (Musa) berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku.

13.  Dadaku terasa sempit dan lidahku kelu. Maka, utuslah Harun (bersamaku).536)

536) Nabi Musa a.s. memohon agar nabi Harun a.s. diangkat menjadi rasul untuk membantunya.

14.  Aku berdosa terhadap mereka.537) Maka, aku takut mereka akan membunuhku."

537) Nabi Musa a.s. merasa berdosa kepada orang-orang Mesir karena pernah membunuh salah seorang di antara mereka tanpa sengaja sebelum menjadi nabi.

15.  Dia (Allah) berfirman, "Tidak (mereka tidak akan dapat membunuhmu). Maka, pergilah berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat). Sesungguhnya Kami menyertaimu mendengarkan (apa yang mereka katakan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun