Mohon tunggu...
Ahmad Sirfi Fatoni
Ahmad Sirfi Fatoni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya seorang dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Bahasa dan Sastra, Kampus Universitas Negeri Makassar. Hobi saya adalah bermain sepak bola, futsal, catur, sepak takrow, bola voli, membaca, menulis, jalan-jalan, hang out, main playstation, menjelajah dan semacamnya. Minat keilmuan saya yaitu ilmu nahwu, sharaf, balagah, semantik dan sastra Arab. Saya suka menulis isu-isu terkait bahasa, sastra maupun wacana bahasa Arab. Di samping itu, saya juga tertarik untuk mengupas isu-isu terkini dan aktual baik terkait isu sosial, politik, ekonomi maupun budaya di level nasional dan internasional.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Problematika dan Fenomena Al-Ifrod wa al-Tasniyah wa al-Jam'u dalam Al-Qur'an (Al-Tahlil al-Balagi)

30 Oktober 2024   19:52 Diperbarui: 30 Oktober 2024   19:56 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fenomena Al-Ifrod wa al-Tasniyah wa al-Jam'u (Sumber: https://www.pexels.com/id-id/pencarian/belajar%20bahasa/)

Al-Qur'an kadang-kadang menggunakan bentuk al-mufrod pada satu tempat, dan menggunakan al-musanna pada tempat yang lain dimana nampak serupa dengan penggunaannya di tempat yang pertama. Al-Qur'an juga kadang-kadang memakai lafadz al-jam'u  pada satu tempat serta menggunakan bentuk al-jam'u yang lain untuk kosa kata yang serupa pada tempat, atau dalam konteks ini yaitu ayat yang lain. Pada kasus lain, terkadang al-Qur'an menggunakan bentuk al-mufrod pada tempat tertentu yang seharusnya berada dalam tempat-tempat bentuk al-jam'u dan seterusnya. Hal itu perlu ditelusuri secara mendalam dan komprehensif dari segala sisi.

Di antara firman Allah SWT yaitu:

 (: 16)

16.  Maka, datanglah berdua kepada Fir'aun dan katakanlah: "Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam."

Ayat yang lain yaitu:

(: 47)

47.  Maka, datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan katakanlah, 'Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu. Lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah engkau menyiksa mereka.470) Sungguh, kami datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.

470) Di Mesir, Bani Israil menjadi budak Fir'aun. Mereka dipekerjakan untuk mendirikan bangunan-bangunan yang besar dan kota-kota secara paksa. Maka, Nabi Musa a.s. meminta agar Fir'aun membebaskan mereka.

Ayat yang lain lagi yang menjadi pembanding adalah:

(: 46)

46.  Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat (mukjizat) Kami kepada Fir'aun dan para pemuka (kaum)-nya. Dia (Musa) berkata, "Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam."

         Di dalam surat al-Syu'ara': , yaitu diinformasikan dengan bentuk mufrod dari bentuk mus|anna. Sementara di dalam surat Taha yaitu:  diinformasikan dengan bentuk mus|anna dari bentuk mus|anna. Adapun di dalam surat al-Zukhruf yaitu: diinformasikan dengan bentuk mufrod dari bentuk mufrod juga.

            Perlu diperhatikan di dalam surat Taha, fenomena ini diinformasikan dengan bentuk musanna dari bentuk musanna. Sementara di dalam surat al-Zukhruf, fenomena ini diinformasikan dengan bentuk mufrod dari bentuk mufrod. Hal ini perlu dirujuk ke konteks yang menjadi latar belakang dari kedua ayat tersebut sehingga memunculkan perbedaan atau pertentangan yang tidak sama lafadznya.

            Perlu diketahui bersama bahwa di dalam surat al-Syu'ara' terdapat penyebutan nabi Harun bersama dengan nabi Musa, akan tetapi ceritanya dibangun secara wahdah (dalam bentuk satu) bukan berbentuk tasniyyah. Hal itu terdapat dalam kutipan ayat al-Qur'an berikut ini:

 (: 12-17)

12.  Dia (Musa) berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku.

13.  Dadaku terasa sempit dan lidahku kelu. Maka, utuslah Harun (bersamaku).536)

536) Nabi Musa a.s. memohon agar nabi Harun a.s. diangkat menjadi rasul untuk membantunya.

14.  Aku berdosa terhadap mereka.537) Maka, aku takut mereka akan membunuhku."

537) Nabi Musa a.s. merasa berdosa kepada orang-orang Mesir karena pernah membunuh salah seorang di antara mereka tanpa sengaja sebelum menjadi nabi.

15.  Dia (Allah) berfirman, "Tidak (mereka tidak akan dapat membunuhmu). Maka, pergilah berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mukjizat). Sesungguhnya Kami menyertaimu mendengarkan (apa yang mereka katakan).

16.  Maka, datanglah berdua kepada Fir'aun dan katakanlah, 'Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam.

17.  Lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama kami (menuju Baitulmaqdis).'"

Kemudian ayat tersebut berpindah ke bentuk wahdah (satu), hal itu dibuktikan dari kutipan ayat al-Qur'an berikut ini:

 (: 18)

18.  Dia (Fir'aun) berkata, "Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih bayi dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.538)

538) Musa a.s. tinggal bersama Fir'aun sejak kecil hingga berusia sekitar delapan belas tahun.

Setelah itu, barulah terjadi perbincangan antara nabi Musa dengan raja yang bengis, Fir'aun. Berikut beberapa kutipan ayat al-Qur'annya:

 (: 23-28)

23.  Fir'aun berkata, "Siapa Tuhan semesta alam itu?"

24.  Dia (Musa) menjawab, "Tuhan (pencipta dan pemelihara) langit, bumi, dan segala yang ada di antaranya jika kamu orang-orang yang yakin."

25.  Dia (Fir'aun) berkata kepada orang-orang di sekitarnya, "Tidakkah kamu mendengar (apa yang dikatakannya)?"

26.  Dia (Musa) berkata, "(Dia) Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu terdahulu."

27.  Dia (Fir'aun) berkata, "Sesungguhnya rasulmu yang diutus kepadamu benar-benar gila."

28.  Dia (Musa) berkata, "(Dia) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat serta segala yang ada di antaranya jika kamu mengerti."

         Setelah itu, Fir'aun melemparkan kata-kata kepada nabi Musa dengan bentuk ancaman sebagai berikut:

(: 29)

29.  Dia (Fir'aun) berkata, "Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selainku, niscaya aku benar-benar akan menjadikanmu termasuk orang-orang yang dipenjarakan."

Lalu nabi Musa menimpalinya dengan perkataan berikut ini:

(: 30)

30.  Dia (Musa) berkata, "Apakah (engkau akan melakukan itu) sekalipun aku mendatangkan kepadamu sesuatu (bukti) yang jelas?"

Fir'aun menjawab dengan kutipan ayat al-Qur'an berikut ini:

(: 31)

31.  Dia (Fir'aun) berkata, "Datangkanlah (bukti yang jelas) itu jika engkau termasuk orang-orang yang benar!"

(: 34-35)

34.  Dia (Fir'aun) berkata kepada para pemuka di sekitarnya, "Sesungguhnya dia (Musa) ini benar-benar seorang penyihir yang sangat pandai.

35.  Dia hendak mengeluarkanmu dari negerimu dengan sihirnya. Maka, apa yang kamu sarankan?"


Sementara itu struktur kalam yang dibangun di dalam surat taha berbentuk tasniyah, yaitu:

 (: 42-43)

42.  Pergilah engkau beserta saudaramu dengan (membawa) tanda-tanda (kekuasaan)-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.

43.  Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas.

Kemudian di dalam surat Taha itu struktur kalamnya ditulis dalam bentuk tas|niyah. Berikut ini perbedaan antara kedua surat (surat al-Syu'ara' dan surat Taha) dalam hal membangun struktur kalamnya terkait fenomena di atas yang diuraikan dalam tabel di bawah ini:

            Perlu digarisbawahi, pada surat Taha, kalam tersebut di atas dibangun dalam bentuk tasniyah yaitu: , yaitu dengan mentasniyahkan lafadz rasul, sementara di dalam surat al-Syu'ara' struktur kalamnya dibangun secara wahdah (tunggal) disertai dengan pengindikasian kepada nabi Harun yaitu:  dengan memufrodkan al-risalah dan mentasniyahkan al-domir. Adapun di dalam surat al-Zukhruf, kandungan ayat dan struktur kalamnya tidak mengindikasikan nabi Harun, sehingga kalamnya dibentuk dengan memufrodkan al-domir dan memufrodkan al-rasul, yaitu dalam ayat: . Jadi semua ungkapan diletakkan pada tempat yang tepat sesuai kebutuhan dan konteks yang melingkupinya, sehingga al-Qur'an dianggap sebagai kitab suci umat islam yang mempunyai banyak rahasia yang bisa disingkap keindahan dan kemukjizatannya. Dengan menggali pernik-pernik yang mendalam di dalam al-Qur'an, maka kita akan mengetahui lebih dalam rahasia di balik pernik-pernik tersebut.

Penulis: Ahmad Sirfi Fatoni

ahmad.sirfi.fatoni@unm.ac.id

Dosen Tetap Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Makassar

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun