Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Lainnya - Learner

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mubaligh Ramah di Yathrib

8 November 2023   02:09 Diperbarui: 8 November 2023   03:10 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MASH'AB bin Umair adalah anaknya Umair bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Abdi Dar bin Qusyaiy bin Kilab. Dari jalur kakeknya, sahabat Nabi ini bersambung dengan silsilah Rasulullah saw. Meski demikian, Mash'ab bukan termasuk keluarga Nabi.

Mash'ab adalah pemuda Makkah yang terkenal berwajah tampan, tegap, dan murah senyum. Mash'ab bergelar Abu Muhammad dan termasuk anak seorang keluarga elit.

Orangtuanya kaya raya. Ibunya sangat sayang kepadanya sehingga dia selalu diberi pakaian yang bagus dan indah. Ketika dia masuk Islam, ibunya tidak mau menerimanya lagi. Mash'ab diusir dari rumahnya. Ibunya pernah mogok makan dan hanya mau makan kalau Mash'ab kembali memeluk agama yang lama. Mash'ab tetap bertahan dan akhirnya ibunya menghentikan mogok makannya. Mash'ab sangat mencintai ibunya, tetapi dia lebih mencintai Islam. Mash'ab termasuk sahabat yang mendahulukan kesetiaan kepada Islam dari pada kesetiaan kepada keluarganya.

Mash'ab juga termasuk orang yang hijrah ke Habsyi. Nabi Muhammad saw pernah mengutusnya sebagai mubaligh ke Yathrib (Madinah). Dakwah yang dilakukan Mash'ab bin Umair terbukti hasilnya dengan banyak kabilah Anshar yang masuk Islam.

Keberhasilan dakwah Mash'ab dengan senyuman dan keramahannya. Orang Madinah pernah yang ditaklukan dengan senyuman adalah Asad bin Jurarah. Saat di Madinah, Mash'ab bin Umair tinggal bersama Asad bin Jurarah. Keduanya mendatangi satu kabilah yang sangat berpengaruh untuk berdakwah. Pemimpin kabilah itu adalah Sa'ad bin Mu'adz dan Usaid bin Hudair.

Mash'ab dan Asad masuk melalui dinding Bani Zhafar. Ketika mendengar kedatangan Mash'ab dan As'ad, Sa'ad bin Mu'adz berkata pada Usaid bin Hudair, "Mudah-mudahan kamu tidak punya bapak. Berangkatlah kamu menemui kedua orang itu yang sudah mendatangi perkampungan kita dan menipu orang-orang bodoh di kalangan kita. Sekiranya dia tidak datang bersama As'ad bin Jurarah dan sekiranya kamu bukan merupakan keluarga As'ad bin Jurarah, aku sudah bunuh dia."

Usaid bin Hudair mengambil tombaknya untuk menemui Asad dan Mash'ab. Ketika As'ad bin Jurarah melihat dia, dia berkata kepada Mash'ab bin Umair, "Inilah pemimpin kaum, dakwahi dia kepada Islam."

Mash'ab menjawab, "Kalau dia duduk, aku akan bicara dengan dia."

Begitu Usaid bin Hudair tiba, ia langsung memaki-maki Mash'ab. Mash'ab tersenyum menghadapi makian Usaid.

 "Mau apa kalian datang kepada kami ini. Kamu mau menipu orang-orang bodoh di antara kami. Pergi! Kalau kalian masih memerlukan nafas kalian," bentak Usaid.

"Bagaimana kalau Anda duduk sebentar. Kita ngobrol-ngobrol. Kalau Engkau senang, Engkau terima. Kalau engkau tidak senang, Engkau dijauhkan dari apa yang tidak Engkau senangi," ajak Mash'ab.

 "Engkau benar," jawab Usaid sambil duduk dekat Mash'ab. Mash'ab bin Umair dengan bahasa yang ramah dan lembut menerangkan tentang Islam. Mash'ab membacakan Al-Quran.

"Alangkah indahnya pembicaraan kamu itu. Kalau ada orang yang mau masuk Islam bagaimana caranya?" komentar Usaid.

"Engkau hendaknya mandi. Engkau bersuci. Bersihkan kedua pakaianmu kemudian mengucapkan kalimat dua kalimat syahadah. Setelah itu, engkau shalat," jawab Mash'ab.

Usaid bin Hudair berdiri dan pergi ke rumahnya. Usaid mandi dan membersihkan pakaiannya kemudian mengikrarkan keislamannya dan melakukan shalat dua rakaat yang diajarkan Mash'ab.

 Usaid berkata kepada Mash'ab, "Sesungguhnya di belakangku ada seorang tokoh. Jika tokoh itu ikut kepadamu, tidak ada seorang pun di antara kaumnya yang akan membatahnya. Aku akan utus dia untuk menemui kamu sekarang, Sa'ad bin Mu'adz namanya."

Usaid pergi menemui Sa'ad bin Mu'adz. Ketika melihat Usaid datang, Sa'ad berkata, "Demi Allah! Usaid telah datang dengan wajah yang berbeda daripada ketika ia pergi tadi."

Sa'ad bertanya kepadanya, "Apa yang terjadi?"

"Aku sudah berbicara dengan kedua orang itu. Dan Demi Allah, aku tidak melihat niat yang buruk pada mereka. Aku larang mereka untuk menemui kita, tapi mereka berkata, 'Aku akan lakukan apa yang kalian kehendaki. Namun aku dengar Bani Haritsah sudah keluar untuk membunuh Ibnu Jurarah. Mereka tahu bahwa anak bibimu itu akan menyerang kamu, karena itu mereka akan membunuhnya'," jawab Usaid.

Mendengar itu, Sa'ad bin Mu'adz marah. Sa'ad mengambil tombaknya kemudian pergi menemui Mash'ab dan As'ad. Ketika Sa'ad melihat keduanya langsung memaki-makinya. Kedua orang yang dimaki-maki itu membalasnya dengan senyuman.

Kemudian Mash'ab mengajaknya duduk dan mendengarkan pembicaraannya. Mash'ab berkata, "Kalau engkau suka, engkau terimalah pembicaraanku. Kalau engkau tidak suka, tinggalkanlah apa yang tidak engkau sukai."

Mash'ab duduk dan membacakan ayat Al-Quran yang sudah dihafalnya. Saad bin Muadz yang tadinya marah mendadak terdiam. Dia merenungkan isi yang dibacakan Mash'ab. Dia membandingkan sikap Mash'ab dengan orang-orang yang memeluk agama berhala. Dia sadar bahwa agama yang dibawa Mash'ab yang bernama Islam mengajak orang untuk berakhlak mulia dan menyembah Allah Yang Maha Esa. Berkat kelembutan dan keramahan Mash'ab maka Saad bin Muadz ini mengikrarkan keislamannya dihadapan Mash'ab dan Asad.

Mash'ab bin Umair adalah orang yang berdakwah dengan wajah ramah. Mash'ab melawan orang yang mencaci maki tidak dengan cacian dan makian, tetapi dengan tersenyum dan keramahannya. Hasilnya, luluhlah dua pemimpin Yathrib (Madinah) dalam pelukan Islam.

Dakwah kepada pemimpin Yathrib yang dilakukan Mash'ab ternyata membuahkan hasil yang besar. Kedua pemimpin Yathrib yang sudah Islam tersebut mengajak masyarakatnya untuk memeluk Islam.

Sa'ad bin Muadz berkata kepada kaumnya, "Ya Bani Abdil Asyhal, bagaimana menurut kalian urusanku di tengah-tengah kalian?"

 "Engkau adalah pemimpin kami yang paling akrab diantara kami. Yang paling bagus pemikirannya. Kau adalah pemimpin yang paling bisa dipercaya," jawab mereka.

 "Ketahuilah mulai saat ini, kalian, baik laki-laki maupun perempuan, haram berbicara denganku sebelum kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya," ujar Sa'ad.

Dengan bantuan dua pemimpin kabilah Yathrib, Mash'ab mendatangi seluruh perkampungan Yathrib untuk menyeru kepada Islam. Dengan dirintis Mash'ab maka jalan dakwah terbuka sehingga Rasulullah saw dengan mudah masuk dan tidak ada halangan dari masyarakat Yathrib. Kemudahan Rasulullah saw beserta umat Islam saat hijrah ke Yathrib (Madinah) menjadi bukti keberhasilan dakwah Mash'ab.

Mash'ab ikut bersama Nabi dalam perang Badar. Dalam Perang Uhud, Mash'ab oleh Rasulullah saw diberi bendera pasukan. Mash'ab gugur sebagai seorang syuhada di Perang Uhud.

Setelah pasukan musuh pergi dan mengurus jenazah pasukan Islam, Rasulullah saw kembali ke Madinah. Setibanya di sana, Rasulullah saw disambut oleh perempuan-perempuan yang menangisi kematian keluarga mereka. Di antara mereka adalah Zainab binti Jahsy.

Ketika Rasulullah saw melihat Zainab langsung berkata, "Bersabarlah engkau Zainab." Zainab bertanya, "Siapa yang meninggal, Ya Rasulullah?"

"Saudaramu," jawab Rasulullah saw.

"Inallilhi wa inna ilayhi rji'uun. Berbahagialah dengan kematian yang mulia yang telah dicapainya," jawab Zainab.

 "Bersabarlah engkau," kata Rasulullah saw.

"Untuk siapa, Ya Rasulullah?" tanya Zainab.

 "Untuk Hamzah bin Abdul Muthalib," jawab Rasulullah saw.

 "Innalillhi wa inna ilayhi rji'uun. Berbahagialah dengan kematian mulia yang telah dicapainya," ujar Zainab.

Rasulullah saw terdiam. Zainab menunggu apa yang hendak dikatakan Rasulullah saw. Dengan suara berat, Rasulullah saw berkata, "Bersabarlah engkau, hai Zainab!"

 "Untuk siapa, Ya Rasulullah?" tanya Zainab cemas.

Rasulullah saw menjawab, "Untuk suamimu, Mash'ab bin Umair."

Barulah Zainab berteriak, "Duhai derita, duhai kesedihan!"

Umar bin Khaththab pernah mengisahkan tentang Mash'ab, "Pada suatu hari, Rasulullah saw melihat Mash'ab bin Umair di Madinah. Mash'ab datang dengan pakaian yang compang-camping dan sebagian pakaiannya dijahit dari kulit domba. Rasul menangis, lalu ia bersabda kepada para sahabatnya, 'Lihat, itu orang yang telah Allah sinari hatinya. Dahulu aku pernah melihatnya berada di tengah orang tuanya yang memberinya makanan yang lezat, minuman yang enak, dan pakaian yang bagus. Kemudian kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya membawanya kepada keadaan yang kalian lihat."

Mash'ab meninggal dalam Perang Uhud dengan pakaian yang compang-camping. Sambil menangis, Rasulullah saw berkata dihadapan jenazah Mash'ab, "Semoga Allah menyayangimu, hai Mash'ab bin Umair. Aku sudah melihatmu di Makkah dulu. Aku tak pernah melihat orang yang pakaiannya sebagus pakaian kamu. Yang kesenangannya sebaik kamu. Namun sekarang, engkau dalam keadaan compang-camping dan tertutup debu."

Rasulullah saw menguburkan Mash'ab yang dibantu saudara Mash'ab, Abu Rum dan Amir bin Rabiah Al-Anzi. Rasulullah saw juga mendoakannya.

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa surah Al-Ahzab ayat 23, "Di antara orang-orang yang beriman itu ada orang yang membenarkan janji yang sudah mereka berikan kepada Allah", turun berkenaan dengan Mash'ab bin Umair. 

Mash'ab bin Umair merupakan sahabat yang telah mendahulukan kesetiaan kepada Islam di atas kesetiaan kepada kelompoknya, kepada keluarganya, dan kepada suku bangsanya. Juga contoh orang yang mendahulukan Islam dengan keramahan, dengan akhlak yang baik, dan dengan senyuman. Demikianlah teladan dari Mash'ab yang harus diambil untuk kehidupan umat Islam sekarang. *** (ahmad sahidin)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun