"Bersabarlah engkau," kata Rasulullah saw.
"Untuk siapa, Ya Rasulullah?" tanya Zainab.
 "Untuk Hamzah bin Abdul Muthalib," jawab Rasulullah saw.
 "Innalillhi wa inna ilayhi rji'uun. Berbahagialah dengan kematian mulia yang telah dicapainya," ujar Zainab.
Rasulullah saw terdiam. Zainab menunggu apa yang hendak dikatakan Rasulullah saw. Dengan suara berat, Rasulullah saw berkata, "Bersabarlah engkau, hai Zainab!"
 "Untuk siapa, Ya Rasulullah?" tanya Zainab cemas.
Rasulullah saw menjawab, "Untuk suamimu, Mash'ab bin Umair."
Barulah Zainab berteriak, "Duhai derita, duhai kesedihan!"
Umar bin Khaththab pernah mengisahkan tentang Mash'ab, "Pada suatu hari, Rasulullah saw melihat Mash'ab bin Umair di Madinah. Mash'ab datang dengan pakaian yang compang-camping dan sebagian pakaiannya dijahit dari kulit domba. Rasul menangis, lalu ia bersabda kepada para sahabatnya, 'Lihat, itu orang yang telah Allah sinari hatinya. Dahulu aku pernah melihatnya berada di tengah orang tuanya yang memberinya makanan yang lezat, minuman yang enak, dan pakaian yang bagus. Kemudian kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya membawanya kepada keadaan yang kalian lihat."
Mash'ab meninggal dalam Perang Uhud dengan pakaian yang compang-camping. Sambil menangis, Rasulullah saw berkata dihadapan jenazah Mash'ab, "Semoga Allah menyayangimu, hai Mash'ab bin Umair. Aku sudah melihatmu di Makkah dulu. Aku tak pernah melihat orang yang pakaiannya sebagus pakaian kamu. Yang kesenangannya sebaik kamu. Namun sekarang, engkau dalam keadaan compang-camping dan tertutup debu."
Rasulullah saw menguburkan Mash'ab yang dibantu saudara Mash'ab, Abu Rum dan Amir bin Rabiah Al-Anzi. Rasulullah saw juga mendoakannya.