Mohon tunggu...
AHMAD RIDWAN
AHMAD RIDWAN Mohon Tunggu... Dosen - Buruh di Kemendikbudristek

Fakultas Manajemen dan Bisnis | Universitas Karya Persada Muna

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengenal Etika Dalam Manajemen (Tinjauan Teoritis)

16 Februari 2024   11:56 Diperbarui: 25 September 2024   23:17 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Desain Penulis (2024)

PENDAHULUAN

Masalah etika dalam bisnis melekat pada proses manajemen karena melibatkan perilaku manajerial. Persoalan moral seperti dampak lingkungan, isu sosial, tuntutan konsumen, upah  yang adil, eksploitasi tenaga kerja, hingga tanggung jawab kepada pemilik modal. 

Tentu saja sekelumit masalah-masalah etis dalam manajemen ini akan berbalik menjadi ancaman (threat) terhadap pencapaian tujuan organisasi atau bisnis. Keputusan manajemen yang tidak etis dapat merusak reputasi, menyebabkan ketidakpuasan, protes, atau bahkan boikot dari para stakeholders

Masalah etis dapat menciptakan ketidakstabilan organisasi. Praktik manajemen yang tidak etis juga dapat diperhadapkan pada tuntutan hukum, yang dapat merugikan secara finansial. Hingga menyebabkan penurunan nilai saham dan hilangnya kepercayaan investor. 

Potensi risiko ini sulit dipulihkan dan berdampak negatif pada kinerja bisnis jangka panjang. Oleh karena itu, penting adanya etika dalam manajemen.

KONSEP DASAR ETIKA

Lebih dahulu, perlu dibatasi dan diperjelas makna konsep etika sehingga dapat dipahami dan digunakan dengan lebih tepat.  

Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos (dalam bentuk tunggal) dan ta etha (dalam bentuk jamak) yang berarti adat kebiasaan (Bertens, 2007, hal. 4). Kemudian, Rakhmat (2013, hal. 27) menjabarkan definisi etika dalam perspektif tersebut sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus “hidup baik sebagai manusia” yang telah di institusionalisasikan dalam sebuah kebiasaan.

Dalam konotasi sistem nilai yang membentuk kebiasaan, terdapat prinsip etis yang menjadi landasannya. Sebagai contoh, dalam hubungan majikan dan pekerja, terdapat prinsip yang disebut "keadilan" yang menjadi pegangan moral bersama. Di mana majikan selayaknya memberi upah yang adil, sebaliknya pekerja pun selayaknya mempersembahkan hasil kerja yang adil. Ini menjadi hal biasa dan dianggap baik sejak dulu.

Maka, berdasarkan definisi sebelumnya, kita dapat menilai bahwa perusahaan yang melakukan eksploitasi karyawan, dianggap tidak beretika. Karena, eksploitasi bertentangan dengan prinsip keadilan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun